AQIDAH AHLUSSUNNAH WAL JAMAAH


  AQIDAH AHLUSSUNNAH WAL JAMAAH


PENULIS         :      Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah
PENSYARAH  :       Syaikh Muhammad bin Shaleh bin Utsaimin
                                    Syaikh Khalil Harras
                                    Syaikh Shaleh bin Fauzan Al Fauzan


بسم الله الرحمن الرحيم الحمد لله الذي أرسل رسوله بالهدى ودين الحق ليظهره على الدين كله وكفى بالله شهيدا. وأشهد أن لاإله إلاّالله وحده لاشريك له إقرارا وتوحيدا وأن محمدا عبده ورسوله.


Penjelasan Bismillah

Setiap perkara harus dimulai dengan ucapan bismillah, sebab :
  1. Untuk menyesuaikan dengan kitabullah yang selalu memulai dari awal surat dengan bismillah, secuali surat al Baro’ah.
  2. Mengikuti ajaran Rasulullah, dimana beliau selalu mencantumkan bismillah dari setiap surat yang beliau kirim kepada para raja.
Sebagaimana hadits yang diriwayatkan oleh Abu daud dan yang lain, bahwa Rasulullah bersabda : 
  "كل أمر ذي بال لايبدأ بحمدالله فهو أقطع"  وفى رواية " ببسم الله الرحمن الرحيم "
" Setiap urusan yang tidak dimulai dengan "hamdalah" maka ia terputus" dan didalam sebuah riwayat dengan "bismilahirohmanirohim"


Ulama bebeda pendapat mengenai apakah kalimat bismillah itu termasuk ayat dari setiap ayat atau tidak . Pendapat yang rajih adalah , bahwa bismillah merupakan bentuk pemisah dari setiap surat . sebagian ulama berpendapat, ia termasuk ayat dari surat An Naml . Adapun ma'na   الله  adalah yang di ibadahi, dan ma'na " الحمد   " adalah rahmat dari Allah secara umum untuk semua mahluq-Nya , dan ma'na " الرحيم   " adalah rahmat dari Allah khusus kepada orang-orang mukmin.
    
Ma'na Al Hamdu dan Ar Rasul
Fungsi al ( ال ) Pertama untuk istiqroq , jadi semua pujian hanya milik Allah swt. Kedua untuk jenis , jadi yang mempunyai pujian yang sempurna hanya Allahl .
الحمد   secara bahasa : pujian dengan sifat – sifat yang bagus dan dengan amalan – amalan yang baik. Biasanya kata Al Hamdu itu diartikan amalan / perbuatan untuk mengkhabarkan akan besarnya pemberian.

Perbedaan antara "madhu" dengan "hamdu"
Kata "madhu" (berterima kasih) maknanya luas karena kalimat tersebut bisa untuk sesuatu yang hidup / mati / untuk sebuah benda sedangkan kata "hamdu" (pujian) istilah pengkhabaran akan bagusnya yang dipuji dengan mengagungkannya.


Pengertian Rasul
Bahasa : Seseorang yang diutus untuk membawa risalah
Syara' : orang laki – laki yang diberi wahyu berupa syare'at – syare'at dan diperintahkan untuk mendakwahkannya.

Pengertian Al Huda
Al Huda : petunjuk (ilmu yang bermanfa'at)
Maksudnya bahwa Muhammad diutus dengan dua perkara yaitu : petunjuk dan dinul haq

Al Huda (petunjuk) maksudnya adalah ilmu yang bermanfa'at yaitu setiap yang datang dari Rasul dari pengkhabaran-pengkhabaran yang benar, perintah-perintah, larangan-larangan dan semua syare'at – syare'at yang dibawa beliau.
Hidayah ada dua macam :
1.      Hidayatud dalalah wal bayan. Dan inilah yang dimiliki oleh Rasul dan para da'I pada umumnya.
2.      Hidayatut Taufiq wal ilham. Tidak ada seorangpun yang berhak untuk hidayah ini kecuali Allah.

Maksud dari Dinul Haq
Dinil Haq adalah 'amal sholeh.
Maksudnya : semua urusan yang diperintahkan Allahf kepada Rasulullah `  untuk menjalankannya baik berupa hukum-hukum, syareat-syare'at, I'tiqadiyah (keyakinan) baik hati, perkataan maupun perbuatan.
Dan Allahk akan memenangkan serta meningggikan agama ini, oleh karena itu barang siapa mencari kemuliaan tanpa din ini, sesungguhnya dia mencari kehinaan karena tiada kemenangan dan kemuliaan kecuali dengan dinul haq ini.
uqèd üÏ%©!$# Ÿ@yör& ¼ã&s!qßu 3yßgø9$$Î/ ÈûïÏŠur Èd,ysø9$# ¼çntÎgôàãÏ9 n?tã Ç`ƒÏe$!$# ¾Ï&Íj#à2 öqs9ur on̍Ÿ2 šcqä.ÎŽô³ßJø9$# ÇÌÌÈ
Dialah yang Telah mengutus RasulNya (dengan membawa) petunjuk (Al-Quran) dan agama yang benar untuk dimenangkanNya atas segala agama, walaupun orang-orang musyrikin tidak menyukai.” (At Taubah : 33)


MAKNA SYAHADATAIN

Makna syahadat adalah mengikrarkan dengan hati dan mengucapkan dengan lesan serta mengamalkan dengan anggota badan.

Makna syahadat لاإله إلاّ الله    :
لاإله إلاّ الله    maknanya adalah Tiada ilah yang berhak untuk diibadahi kecuali Allahl  
Kalimat ini mempunyai 2 rukun penting yaitu :
  1. Nafi (peniadaan) yang terdapat dalam kata لاإله  
  2. Itsbat (penetapan) yang terdapat dalam kata  إلاّ الله
Kalimat ini adalah kalimat yang diserukan oleh para Rasul dari awal sampai Muhammad ` .
Allah berfirman :
وَلَقَدْ بَعَثْنَا فِي كُلِّ أُمَّةٍ رَّسُولاً أَنِ اعْبُدُواْ اللّهَ وَاجْتَنِبُواْ الطَّاغُوتَ فَمِنْهُم مَّنْ هَدَى اللّهُ وَمِنْهُم مَّنْ حَقَّتْ عَلَيْهِ الضَّلالَةُ فَسِيرُواْ فِي الأَرْضِ فَانظُرُواْ كَيْفَ كَانَ عَاقِبَةُ الْمُكَذِّبِينَ
Artinya : “Dan sungguhnya Kami telah mengutus rasul pada tiap-tiap umat (untuk menyerukan): "Sembahlah Allah (saja), dan jauhilah Thaghut itu", maka di antara umat itu ada orang-orang yang diberi petunjuk oleh Allah dan ada pula di antaranya orang-orang yang telah pasti kesesatan baginya . Maka berjalanlah kamu dimuka bumi dan perhatikanlah bagaimana kesudahan orang-orang yang mendustakan (rasul-rasul).” An Nahl : 36

Sedangkan makna syahadat محمدا رسول الله   adalah عبد (hamba) dan رسول (utusan).
Yaitu meyakini bahwa Muhammad `  adalah hamba Allahk(manusia biasa) yang diutus untuk seluruh manusia.

Syahadat ini mempunyai hubungan erat dengan syahadat لاإله إلاّ الله   , karenanya tidak boleh seseorang hanya mengambil salah satunya, akan tetapi kedua-duanya harus diyakini dan diikrarkan oleh seseorang.
hal ini sebagai penolakan kepada golongan yang berlebih – lebihan dan golongan yang mengurang-ngurangi didalam haknya Rasulullah ` .

Golongan yang mengurang-ngurangi didalam haknya Rasul akan membuang jauh dari setiap apa yang dibawa oleh beliau dan membuangnya dibelakang punggung mereka dengan mengatakan bahwa Muhammad  ` bukanlah seorang utusan (Rasul).
Sedangkan golongan yang berlebih-lebihan akan mengangkat derajat beliau melebihi batasan – batasan sampai kepada ketidak wajaran (menuhankan beliu).

Maka syahadat عبده meniadakan dari bentuk mengagung-agungkan beliau sampai kepada tingkatan ubudiyah (penuhanan), sedangkan syahadat رسوله   menuntut untuk beriman kepada belaiu, tatat terhadap perintah – perintahnya, membenarkan apa yang dikhabarkanya, menjauhi apa yang dilarangnya dan mengikuti apa yang disyareatkannya. 
Makna Rasul menurut ahli 'ilmu adalah seseorang yang diberi wahyu dan perintahkan untuk menyampaian kepada ummatnya.
صلى الله عليه وسلم   maknanya : sebagaimana yang disebutkan Imam Bukhori dari Abu 'Aliyah, yaitu  : Pujian Allah kepada Rasulullah `  disisi para malaikat.
Sedangkan makna  آله وصحبه yaitu : mereka adalah pengikut-pemgikut Nabi`  didalam dinya dan orang yang menyertai Nabi` dalam keadaam beriman dan mati dalam keimanan.
Amma ba'du : kalimat yang digunakan sebagai petunjuk akan sesuatu yang dimaksud setelahnya, takdirnya adalah : مهما يكن شيء بعد


Aqidah adalah sesuatu yang mengikat di hati seseorang
Firqoh : kelompok dari suatu Jama'ah
Najiyah : selamat di dunia dari bid'ah – bid'ah dan selamat di akhirat dari api neraka
Atau kelompok yang selamat dri kehancuran dan kebinasaan di kehidupan dunia dan akhiratnya. Ini di ambil dari sabda beliau yang berbunyi :
" لاتزال طائفة من أمتى على الحق منصورة، لايضرهم من خضلهم حتى يأتى أمرالله " رواه البخارى ومسلم
Artinya : " Akan senantiasa ada sekelompok dari ummatku yang berada dalam kebenaran, tidak membahayakan orang yang menghinakannya sampai datang keputusan Allah ". (HR. Bukhori Muslim).

Manshurotan : di kuatkan terhadap orang yang menyelisihinya yaitu kelompok yang akan mendapatkan pertolongan sampai datangnya kiamat atau dekatnya kiamat karena kiamat terjadi sewaktu manusia sudah tidak ada lagi yang mengucapkan lafalz "Allah, Allah"dan inilah sejelek – jelek zaman.

Firqotun Najiyah.
Syaikh Utsaimain berkata firqotun najiyah yaitu suatu kelompok yang selamat di dunia dari perkara bid'ah, dan selamat di akhirat dari api neraka.
Rasulullah r bersabda :
ستفترق هذه الأمة علي ثلاث وسبعين فرق كلها في النار إلا واحدة,قالوا من يا رسول الله؟ قال (من ان علي مثلي ما أنا عليه وأصحابى)
"Umat ini akan terpecah menjadi 73 golongan, yang semuanya masuk neraka, kecuali hanya satu. Sahabat bertanya, "Siapakah ianya ya Rasulullah?. Beliau menjawab,"(Yaitu) siapa yang berada seperti saya dan para sahabat. ( Shohih Al Jami', Al Bani (2042).

Syaikh Fauzan berkata,'firqtoun najiyah' adalah selamat dari kehancuran dan kejelekan di dunia dan di akherat dan menghasilakan kehidupan yang bahagia. Sifat ini diambil dari sabda Nabi r
 لا تزال طائفة من أمتي علي الحق منصورة,لا يضرهم من خذلهم حتي يأتي أمرالله(رواه الشيخان)
"Akan ada segolongan dari umatku yang berjalan diatas kebenaran dan mereka tertolong, sampai datang urusan Allah"

Firqatun najiyah akan tertolong hingga datangnya hari kiamat, yaitu datangnya hari waktu kematian mereka dengan munculnya angin yang mencabut ruh setiap dari orang mukmin. Inilah kiamat yang ada pada orang mukmin sedangkan hari kiamat yang dengannya dunia itu binasa maka, ia akan datang terhadap sejelek-jelek manusia.

لا تقوم الساعة حتي لا يقال في الأرض الله الله.
"Hari kiamat tidak akan datang sampai asma Allah tidak ada di muka bumi lagi."


Ahlu sunnah wal Jama'ah
Dikatakan "ahlu sunnah"  karena golongan ini senantiasa berpegang teguh kepada as sunnah
"al jama'ah" karena mereka berkumpul dalam satu wadah / jama'ah di dalam kebenaran yang tetap didalam Kitabulloh dan Sunnah Rasul-Nya, mereka itu adalah para sahabat, Tabi'in dan orang – orang yang mengikuti mereka dengan baik walau jumlahnya mereka sedikit. Ini seperti perkataan Abdulloh ibnu Mas'ud r :
الجماعة : " ما وافق الحق وإن كنت وحدك فإنك الجماعة حينئذ "
Artinya : " jama'ah adalah sesuatu yang sesuai dengan kebenaran walaupun engkau dalam keadaan sendiri, maka engkau berada dalam jama'ah pada saat itu".

As sunnah : Jalan yang ditempuh oleh Rasulullah `  dan para sahabat sebelum munculnya bid'ah dan perselisihan.

Ini adalah I'tiqod yang di yakini oleh "Firqoh Najiyah", "Thoifah Al Manshuroh", "Ahlus Sunnah wal Jama'ah" yaitu :
  1. Iman kepada Allahl
  2. Iman Kepada Malaikat-malaikat Allahl
  3. Iman kepada Kitab-kitab Allahl
  4. Iman kepada para Rasul
  5. Iman kepada hari berbangkit setelah kematian
  6. Iman kepada takdir yang baik maupun yang buruk



IMAN KEPADA ALLAH

Makna iman secara bahasa adalah pembenaran
Secara istilah : pembenaran dengan hati, pengucapan dengan lisan dan pengamalan dengan anggota badan.
Iman kepada Allah mencakup empat perkara :
1.      Iman dengan wujudnya Allahl   
2.      Iman dengan rububiyah Allahl
3.      Iman dengan uluhiyah Allahl
4.      Iman dengan asma' dan sifat Allahl

Arti iman kepada Allah adalah yakin dan percaya bahwa Allahl adalah Rob dan pemilik segala sesuatu,sesunguhnya Dia disifati dengan sifat – sifat kesempurnaan yang terbebas dari cacat dan aib dan Dialah satu – satunya dzat yang berhak untuk di ibadahi.


IMAN KEPADA MALAIKAT

Malaikat berasal dari kata jama' ملاك  dari kata ألوكة   yang berarti utusan.
Secara istilah malaikat adalah hamda Allahl yang mulia yang diciptakan dari cahaya dan senantiasa beribadah serta menjalankan tugas – tugas yang telah ditugaskan kepadanya dan tidak pernah bermaksiyat kepada Allahl.
Jadi malaikat mempunyai alam tersendiri (alam ghoib) yang selalu tunduk dan ta'at terhadap perintah – printah Allahl  (Al fathir : 1)

Tugas – tugas para malaikat
  1. Jibril bertugas untuk menyampaikan wahyu dari Allahl kepada Rasul-Nya
  2. Isrofil bertugas sebagai peniup sangkakala, dia juga termasuk dari salah satu malaikat pembawa 'Arsy
  3. Mika'il bertugas dalam urusan hujan dan tumbuh – tumbuhan.
Ketiga malaikat diatas berkaitan erat dengan kehidupan di muka bumi.
    • Jibril sebagai penyampai wahyu dan merupakan kehidupan hati
    • Mika'il dalam urusan hujan dan tumbuh – tumbuhan yang merupakan kehidupan bumi
    • Isrofil bertugas sebagai peniup sangkakala, hal ini berkaitan dengan kehidupan jasad manusia dihari kebangkitan.
  1. Maliakat pencabut nyawa dia adalah malaikat maut dan para pembantu – pembantunya. Mereka tidak dinamakan izroil sebagaimana banyak kalangan menamakannya karena penyebutan ini tidak ada ketetapan dari Rasulullah
قُلْ يَتَوَفَّاكُم مَّلَكُ الْمَوْتِ الَّذِي وُكِّلَ بِكُمْ ثُمَّ إِلَى رَبِّكُمْ تُرْجَعُونَ
Katakanlah: "Malaikat maut yang diserahi untuk (mencabut nyawa)mu akan mematikanmu, kemudian hanya kepada Tuhanmulah kamu akan dikembalikan." QS As Sajdah : 11
  1. Di antaranya pula ada malaikat yang bertugas menaungi orang – orang yang berada dalam halaqoh dzikir dan perkumpulan orang – orang yang sedang menuntut ilmu.
  2. Malaikat pencatat amalan – amalan manusia yang biasa dikenal dengan "Rokib" dan "Atid" . ما يلفظ من قول إلا لديه رقيب عتيد (ق : 18)
  3. Malaikat yang bertugas untuk menjaga bani Adam pada malam dan siang hari secara bergantian (bergiliran)
  4. Malaikat yang bertugas untuk senantiasa ruku' dan sujud (beribadah) di langit. oleh karenanya Rasulullah `  pernah bersabda tentang "baitul ma'mur" yang pernah beliau lewati pada malam isro' mi'rojnya :
"Mereka berthowah (mengelilingi) atau berkata : memasukinya _ setiap hari sebanyak 70.000 malaikat kemudian mereka tidak kembali (keluar darinya) sampai yang terakhir kali masuk"
  1. Malaikat yang bertugas menjaga Jannah
  2. Malaikat yang bertugas untuk menjaga neraka yaitu malaikat Zabaniyah yang di ketuai oleh malaikat Malik.

Kita mengimani mereka semuanya bahwa mereka adalah Makhluq Allahl yang diciptakan dari cahaya yang ditugasi untuk senantiasa beribadah kepada-Nya dan kita juga mengimani nama – nama dan tugas – tugas mereka sebagaimana yang telah disebutkan diatas.
Mereka adalah berjasad  (QS Fathir : 11)

Nabi `  pun pernah melihat Jibril dalam bentuk aslinya dengan 600 sayap yang menutupi cakrawala (HR. Bukhori : 3235) ini sebagai sanggahan terhadap golongan yang mengatakan bahwa malaikat adalah ruh tanpa jasad.



IMAN KEPADA KITAB – KITAB ALLAH

Yaitu : mengimani kitab – kitab Allahl yang diturunkan kepada para Rasul dan merupakan kalamulloh yang benar (haq) sebagai cahaya dan petunjuk. Kita wajib mengimani sesuai dengan apa yang Allah namakan seperti Taurat, Injil, Zabur, Al Qur’an dan juga kitab – kitab yang belum diberi nama seperti Suhuf Ibrohim dan Suhuf Musa.
( Al Hadid : 25)

IMAN KEPADA PARA RASUL

Artinya mengimani mereka bahwa mereka membawa risalah dari Rob mereka dengan benar dengan tanpa mebeda – bedakan antara yang satu dengan yang lain, sedangkan jumlah mereka yang harus kita ketahui ada 25.
Rasul yang pertama kali adalah Nuh dan yang terakhir kali adalah Muhammad ` .
Dalil QS  An Nisa' : 163 , Ad Dzariyat : 46
Juga dalam hadits syafa'at menerangkan bahwa Nuh adalah Rasul yang pertama kali.

Perbedaan antara Nabi dengan Rasul

Nabi : Seseorang yang di beri wahyu dengan syare'at dan tidak diperintahkan untuk menyampaikan kepada ummatnya.
Rasul : Seseorang yang di beri wahyu dan syare'at dan di perintahkan untuk menyampaikan kepada ummatnya.

Di antara para Rasul yang utama adalah Rasul ulul azmi, yaitu :
  1. Nuh
  2. Ibrohim
  3. Musa
  4. Isa
  5. Muhammad
Sedangkan di antar para Rasul ulul azmi yang paling utama adalah Muhammad
وَرُسُلاً قَدْ قَصَصْنَاهُمْ عَلَيْكَ مِن قَبْلُ وَرُسُلاً لَّمْ نَقْصُصْهُمْ عَلَيْكَ وَكَلَّمَ اللّهُ مُوسَى تَكْلِيماً
“Dan (Kami telah mengutus) rasul-rasul yang sungguh telah Kami kisahkan tentang mereka kepadamu dahulu, dan rasul-rasul yang tidak Kami kisahkan tentang mereka kepadamu. Dan Allah telah berbicara kepada Musa dengan langsung.” (An Nisa' : 164)



IMAN KEPADA HARI KEBANGKITAN

Ba'ats artinya adalah kebangkitan
Maksudnya : keluarnya / bangkitnya manusia dari kubur setelah kematian.
Ini adalah keyakinan ahli sunnah wal jama'ah bahkan orang – orang Yahudi dan Nashrani pun mempercayai akan adanya hari kebangkitan. (Al Mukminun : 15 – 16)

IMAN KEPADA TAKDIR ALLAH YANG BAIK DAN BURUK

Sesungguhnya Allahl  telah menulis takdir dari setiap sesuatu lima puluh ribu tahun sebelum penciptaan langit dan bumi kemudian dituliskan di "lauhul mahfudl" QS Al Hadid : 22

IMAN KEPADA ASMA' WA SIFAT

Termasuk dari iman kepada Allahl  adalah beriman dengan sifat – sifat yang disifati oleh Allahl  sendiri didalam kitab-Nya, dan apa yang disifati oeh Rasul-Nya tanpa tahrif, ta'thil, tamtsil dan takyif.
QS As Syro : 11

Kenapa Allahl  mensifati diri-Nya sendiri ?
Ada 2 alasan kenapa Allah mensifati diri-Nya sendiri :
  1. Karena setiap nama – nama-Nya sudah mencakup sifat – sifat-Nya.
  2. Karena khilaf (perbedaan) didalam asma' itu sedikit yang tidak mengimgkarinya kecuali golongan Jahmiyah dan Mu'tazilah yang menetapkan nama – nama-Nya saja.

Di sini ada beberapa pembahasan :
  1. Termasuk dari iman kepada Allahl  adalah beriman dengan sifat yang Allahl mensifati dirinya sendiri.
Alasannya : sesungguhnya iman kepada Allahl  itu mencakup pula iman dengan dan sifat – sifat-Nya. Maka Dzat Allahl  itu dinamakan nama-nama-Nya dan disifati dengan sifat – sifat-Nya. Karena adanya dzat tanpa adanya sifat adalah perkara yang mustakhil.

  1. Sesungguhnya sifat – sifat Allahl  adalah perkara yang ghoib dan dengan perkara yang ghoib tersebut seharusnya manusia itu mengimani tanpa mengembalikan kepada sesuatu keculai kepada nash – nash yang syar'i.
Imam Ahmad bin Hanbal berkata : kita tidak mensifati Allahl  kecuali dengan sifat yang telah Allahl  sifatkan sendiri bagi diri-Nya atau yang telah disifati oleh Rasul-Nya (Al A'rof : 33), dan jika kalian mensifati Allahl  yang Allahl tidak mensifatinya, maka kalian telah berkata tentang Allahl  dengan tanpa ilmu (QS Al Isro' : 36)

  1. Sesungguhnya kita tidak mensifati Allahl  dengan sesuatu yang Allahl tidak mensifati tentang diri-Nya.

  1. Wajib mengamalkan nash – nash yang ada dalam al Qur’an dan as Sunnah secara dhahir.

  1. Umumnya sifat – sifat yang Allahl mensifati tentang diri-Nya seperti sifat Dzatiyah, Ma'nawiyah, Khabariyah, dan Fi'liyah.

Sifat Dzatiyah ada 2 macam :
  1. Ma'nawiayh. Seperti : الحياة ، العلم، الصدرة، الحكمة  , dan yang serupa dengan itu.
  2. Khobariyah. Seperti : اليدين، الوجه، العينين  dan yang serupa dengan itu.

Sifat Fi'liyah adalah sifat yang berkaitan dengan kehendak Allahl. Sifat ini ada dua macam :
  1. Sifat yang timbul karena ada suatu sebab yang dimaklumi
Seperti sifat ridla, maka Allahl  akan ridla terhadap seseorang apabila ada sebab – sebab yang membuat Allahl  ridla kepadanya.
  1. Sifat yang muncul tanpa adanya sebab yang dimaklumi. Seperti Allahl turun di langit dunia di sepertiga malam yang terakhir. Para ulama memberikan istilah bahwa sifat – sifat ini adalah sifat fi'liyah. Karena hal itu termasuk dari perbuatan Allah Ta'ala.
Dalil firman Allah :
    1. Al fajr : 22,
    2. Al An'am : 158,
    3. Al Maidah : 119 & 80,
    4. At Taubah : 46)

Tidak ada jalan bagi akal untuk ikut campur dalam masalah bab Asma' dan Sifat. Karena penetapan dan peniadaan dari asma' dan sifat Allah hanya dengan pendengaran, sedangkan akal manusia selamanya tidak akan mungkin untuk menghukumi Allah Ta'ala, oleh karenanya sumber penetapan dan peniadaan dari asma' dan sifat Allahl hanya dari pendengaran. Berbeda halnya dengan pemahaman As'ariyah, Mu'tazilah dan golongan yang lain dari ahli ta'thil yang menjadikan sumber penetapan asma' dan sifat dengan akal.

Rasullah `  mensifati Allah, dengan 3 hal :
1.      Dengan perkataan
Seperti sabda beliau :
" ربنا الله الذى فى السماء تقدس اسمك، أمرك فى السماء ةالأرض "
" يا مقلب القلوب "
2.      Dengan perbuatan
Seperti isyarat beliau kelangit sebagai persaksian kepada Allah bahwa beliau telah menyampaikan risalah kepada ummatnya. Hal ini terjadi sewaktu haji wada' di arofah beliau bersabda : " Apakah aku telah menyampaikan ? para sahabat menjawab : ya… sampai 3 kali, kemudian beliau mengangkat jarinya ke langit. Hal ini mengisyaratkan sifat Allah akan ketinggiannya.

3.      Penetapan
Seperti penetapan Rasulullah` kepada seorang budak sewaktu di tanya : di manakah Allah ? dia menjawab : di langit. Kemudian Rasulullah` menyuruh untuk membebaskan budak tersebut.
Dalil bahwa Rasulloh mensifati Allah  (QS An Nisa' : 136)

Pengertian Tahrif
Yaitu : merubah secara lafal dan ma'na
Secara lafal tahrif ini jarang terjadi, toh kalaupun ada, biasanya bersumber dari orang – orang yang bodoh. Seperti lafal "al hamdulillah" di rubah menjadi "al hamdalillah". Sedangkan tahrif secara makna ini terjadi di kalangan orang – orang banyak.
Ahlu sunnah wal jama'ah mengimani sifat – sifat Allahl yang di sifatinya sendiri tanpa tahrif, maksudnya tanpa perubahan baik berupa makna ataupun lafal.

Perubahan makna biasanya juga di artikan dengan "Ta'wil" sedangkan pelakunya biasa disebut sengan "ahli ta'wil"
Para ulama mengibaratkan ta'wil dengan tahrif di lihat dari beberapa segi :
  1. Lafal ini tercantum dalam Al Qur’an surat An Nisa' : 46
  2. Menunjukkan akan hal (ini lebih mendekati kebenaran)
  3. Ta'wil akan menjadi batil apabila tidak disertai dengan dalil
  4. Ta'wil tidak selamanya tercela, karena ta'wil mempunyai banyak arti, diantaranya : tafsir, merubah lafal dari dhahirnya.

Penertian Ta'til
Ta'til adalah mengingkari sesuatu yang telah ditetapkan Allahl untuk diri-Nya dari asma' dan sifat, sama saja mengingkari semua asma' dan sifat atau sebagiannya.

Perbedaan antara Ta'til dengan Tahrif
Ta'til : meniadakan makna sebenarnya yang telah ditetapkan Al Qur’an dan As Sunnah
Tahrif : menafsirkan / merubah nash – nash dengan tafsiran yang bathil.




Pengertian Takyif
Takyif dari kata " kayyafa yukayyifu takyifan " dengan menanyakan / menyebutkan bagaimana sifat Allah tersebut? seperti seseorang yang menanyakan bagaimana warna mobil itu? Dia jawab : warnanya putih, maka dia telah menanyakan dari warna mobil tersebut.

Ahli Sunnah wal Jama'ah tidak menanya – nanyakan bagaimanakah sifat Allahl  tersebut. Mereka bersandarkan kepada dalil – dalil sima'i, dalil – dalil ini pun dibagi menjadi 2 bagian :
1.      Khabar
As Syuro : 33
Maryam : 65
Al Ikhlas : 4
2.      Thalab
Al Baqoroh : 22
An Nhl : 74
Bahwasannya menanyakan sesuatu itu harus mengetahui dari salah satu diantara 3 hal :
  1. Melihatnya
  2. Menyaksikan dari apa yang melihatnya
  3. Pengkhabaran dengan benar, sedang dia tahu akan keadaannya.

Tatkala Imam Malik di tanya tentang kaifiyah bersemayamnya Allahl beliau menjawab :
"Bersemayam-Nya adalah ma'lum sedangkan menanyakan bagaimana bersemayamnya adalah majhul"

Pengertian tamtsil
Tamtsil adalah menyamakan sesuatu dengan mengatakan bahwa sifat Allahlseperti sifatnnya makhluq, sebagaimana tangan-Nya Allahl seperti tangannya mahluq dsb.
Sedangkan ahlu sunnah wal jama'ah mengimani sifat – sifat tersebut di atas manhaj yang lurus dan menetapkan akan hakekatnya tanpa menyamakan dengan sesuatu ( As Syura : 11), mereka beralasan jika sifat – sifat Allahl sama dengan sifat – sifat mahluq-Nya berarti menaruh aib atau cacat pada diri-Nya (Maha suci Allah) sedangkan makhluq-Nya tidak ada yang sempurna.

Buah dari Iman kepada Asma' dan sifat Allahl :
a.       Senantiasa mengagungkan Allahl dengan seagung – agungnya, karena Dia tidak serupa dengan mahluq-Nya, seperti jika kitatahu bahwa Allah Maha Mendengar maka kita akan senantiasa menjaga perkataan yang bisa menyebabkan Allahl itu murka.
b.      Tidak berbuat terhadap sesuatu yang bisa membuat Allahl murka.
c.       Lebih malu kepada-Nya dari pada malu terhadap orang yang kita muliakan.




Ahli Sunnah wal Jama'ah tidak menafikan / meniadakan tentang sifat – sifat yang Allah mensifati tentang dirinya sendiri.

Berbeda dengan orang – orang yang berlebih – lebihan dalam asma' dan sifat Allahl sehingga mereka meniadakan / menafikan sifat – sifat tersebut dengan alasan lari dari penyerupaan akan sifat – sifat Allahl kepada Mahluq-Nya.

Komentar dari pernyataan di atas, bahwa :
Allahl mempunyai sifat – sifat yang khusus yang sesuai dengan diri-Nya, sedangkan mahluq-Nya pun demikian, mempunyai sifat – sifat khusus yang sesuai dengan dirinya, maka tak mungkin serupa antara sifat Khaliq dan sifat mahluq-Nya.
قال الشافعى :   آمنت بالله وبما جـــاء عن الله على مراد الله، وآمنت برسول الله وبما جــاء عن رسول
الله على مراد رسول الله


Pengertian Ilhad
Ahli sunnah tidak merubah – rubah tentang asma' dan sifat Allahl dari yang sebenarnya dan tidak menyimpang di dalam asma' dan ayat – ayat Allahl

Ilhad pengertian menurut bahasa adalah condong
Dinamakan ilhad karena sesuatu tersebut miring / condong ke samping.
Maksud dalam pembahasan ini bahwa Ahlu sunnah wal jama'ah tidak menyelewengkan di dalam nama – nama Allah dan ayat – ayat Allahl.
Ilhad ada 2 bentuk :
  1. Di dalam nama – nama Allahl
  2. Di dalam ayat – ayat Allahl

Ilhad di dalam nama – nama Allahl ada beberapa macam
  1. Menamai nama – nama Allahl yang Allah sendiri tidak menamainya, sebagaimana orang – orang Nasrani (kristen) menamai Allahl dengan "Tuhan Bapak"  dan Isa dengan penyebutan "Tuhan Anak"  
  2. Mengingkari sesuatu dari nama – nama Allahl, hal ini kebalikan dengan yang pertama. Sama halnya mengingkari sebagian atau seluruhnya.

  1. Mengingkari sesuatu yang telah di tunjuki oleh sifat. Maksudnya menetapkan nama – nama tetapai mengingkari sifat – sifat yang terkandung dalam nama – nama tadi.
Contoh : Allahl adalah Dzat yang Maha Mendengar akan tetapi Dia tidak mempunyai pendengaran, Allahl Maha Mengetahui tetapi tidak mempunyai ilmu (Maha Suci Allah dari semua itu)
Ini merupakan pemahaman dari golongan Mu'tazilah
Oleh karenanya kita jelaskan : Sesungguhnya tidak mungkin beriman dengan nama – nama Allahl sebelum dia beriman kepada sifat – sifat yang terkandung dalam nama – nama Allahl tadi.

  1. Menetapkan asma' dan sifat Allahl dengan tamtsil
Seperti : Allahl melihat sebagaimana kita melihat dan Allahl mendengar sebagaimana kita mendengar

  1. Mengalihkan nama – nama Allahl untuk sesembahan – sesembahan
Sebagaimana menamai suatu sesembahan dengan illah atau lafal "laata" dari "ilah”, ”'uzza" dari kata "'aziz" dan "manat" dari kata "mannaan”

Ayat – ayat Allah ada 2 macam :
1)      Ayat – ayat kauniyah
Yaitu ayat – ayat Allahl yang berkaitan dengan penciptaan dan jagat raya
QS Fushilat : 37,  Ar Room : 20 – 25
Di antara bentuk ilhad dalam ayat kauniyah adalah menisbatkan suatu perkara dengan selain Allah, seperti perkataan : ini adalah sebab wali fulan bin fulan karena fulan bersekutu dengan Nabi`  dan perkataan yang lain.

2)      Ayat – ayat syar'iyah
Yaitu wahyu Allahl yang diturunkan kepada Rasulullah `  seperti Al Qur’an.
QS Al Ankabut : 50,51  Al Baqarah : 252
Bentuk ilhad dalam ayat ini adalah dengan mendustakannya, merubahnya atau menyelisihinya.
قال نعيم بن حمـاد شيخ البخــاري :
"من شبه الله بخلقه كفر ، ومن جحد ما وصف الله به نفسه كفر ، وليس فيما وصف الله به نفسه أو وصف الله به رسوله تشبيه ولا تمثيل"


Ahli Sunnah tidak menanyakan dan tidak menyerupakan dengan sifat mahluq-Nya, Maha Suci Allahl yang tidak ada permisalan dan tandingan bagi-Nya

Ahli sunnah tidak menanya-nanyakan tentang bagiamana sifat – sifat Allahl tersebut seperti bagaimana tangan Allah, Mata Allah dll karena Allahl Maha suci dari yang demikian itu.
Imam Malik rahimahullah pernah berkata : " menanyakan tentangnya adalah bid'ah"

Allahl tidak dikiyaskan dengan mahluq-Nya, karena Allahl lebih mengetahui tentang diri-Nya sendiri dan yang lain.

Qiyas dalam istilah bahasa adalah penyerupaan
Maksudnya Allahl tidak diserupakan / qiyaskan kepada mahluq-Nya begitu juga dengan asma', sifat – sifat dan perbuatan-Nya.

Qiyas tamtsil adalah menggabungkan rukun / cabang ke dalam hukum asal
Seperti haramnya perasan anggur dengan khamer karena illat hukumnya adalah memabukkan.
Maka kita dilarang mengkiyaskan Asma' dan Sifat Allahl, karena Dia lebih mengetahui tentang Dirinya sendiri. Maka wajib bagi kita untuk menetapkan sifat – sifat yang telah ditetapkan Allahl untuk diri-Nya dan yang ditetapkan oleh Rasul-Nya. Dialah dzat yang Maha banar perkataan-Nya dari pada mahluq-Nya.


Dan para Rasul yang benar lagi membenarkan

Maksudnya para Rasul membenarkan dari sesuatu yang di kabarkan Allahl melalui perantaraan malaikat. Karena hal itu merupakan wahyu yang turun dari sisi Allahlsedangkan mereka tidak mungkin berbicara dengan hawa nafsu mereka.


Berbeda dengan golongan yang mengatakan tentang Allahl dengan sesuatu yang tidak mereka ketahui

Mereka adalah orang – orang yang mendustakan dan sesat karena mereka mengatakan terhadap apa yang tidak mereka ketahui. Hal ini mengisyaratkan kepada ahli tahrif yang berkata tentang Allahl dengan tanpa ilmu didalam syare'at Allah, dinullah, asma' dan sifat-sifat Allahl. Mereka tidak mengatakan yang demikian kecuali berkata dengan sangkaan – sangkaan atau dengan sesuatu yang mereka nukil dari setan – setan mereka.
Sebagaiman perkataan ahli sihir, para normal, dukun dan ulama – ulama su'
Dalil firman Allahl :  
1.      QS As Syura : 221 – 223,      
2.      QS Al Baqarah : 79               
3.      QS As Syura : 180 – 182

Faedah – faedah yang bisa diambil dari ayat – ayat di atas :
1)      Mensucikan Allahl dari apa yang disifatkan orang – orang sesat dan orang – orang yang bodoh dari sesuatu yang tidak pantas bagi Allahl
2)      Membenarkan para Rasul dan wajib menerima sesuatu yang datang dan dikabarkan dari mereka, karena pada hakekatnya hal itu adalah dari Allahl
3)      Di syare'atkan memberi salam atas para Rasul dan menghormati mereka
4)      Menolak sesuatu yang menyelisihi apa yang dibawa oleh Rasul ` apalagi terhadap sesuatu yang berkaitan dengan asma' dan sifat
5)      Di syare'atkan memuji Allahl dan mensyukuri nikmat – nikmat-Nya dan yang terpenting adalah nikmat tauhid


Ahli sunnah tidak menyimpang terhadap sesuatu yang telah datang dari para Rasul

Maknanya : bahwasannya ahli sunnah wal jama'ah tidak menyeleweng / menyimpang dari apa yang telah di bawa oleh para Rasul. Oleh karenanya mereka juga menetapkan sifat – sifat kesempurnaan untuk Allah dan mensucikan dari sesuatu yan gtidak pantas untuk Allah.. sesungguhnya para Rasul telah menetapkan yang demikian itu semua, akan tetapi musuh – musuh mereka justru menyelewengkan dari makna aslinya.


Apakah syare'at para Rasul yang terdahulu berlaku juga bagi kita ?
Para ulama berbeda pendapat dalam masalah ini, tetapi yang sohih adalah hal itu berlaku juga bagi kita kecuali di dalam syare'at kita ada dalil yang menyelisihinya. Seperti halnya sujud tatkala tahiyat, hal itu diperbolehkan dalam syare'atnya nabi Yusuf dan Ya'qub, tapi dalam syare'at kita dilarang. Begitu juga dengan ibil (anak onta) yang diharamkan bagi orang – orang yahudi tapi hal itu di halalkan untuk syare'at Muhammad. QS Al  An'am : 146

Syaikhul islam Ibnu Taimiyah berkata :
" Sesunguhnya hal itu umum dalam pengkhabaran – pengkhabaran dan hukum" dan kita katakan : sesuatu yang ada dalam syare'at para nabi dari hukum – hukum berlaku juga bagi kita kecuali ada dalil – dalil yang menyelisisnya.

Bagaimana kita mengetahui bahwa hal ini dari syare'atnya Nabi terdahulu ?
Hal ini bisa diketahui melalui dua jalan :
1)      Dengan merujuk ke kitabulloh
2)      Dengan merujuk kepada sunnah Rasulullah
Maka sesuatu yang diceritakan Allah tentang ummat terdahulu di dalam kitab Al Qur’an adalah tetap, begitu juga dengan sesuatu yang diceritakan Rasulullah yang membenarkan akan hal itu.

Mereka menempuh jalan yan lurus yaitu jalan yang di tempuh oleh orang – orang yang telah diberikan kenikmatan, yaitu : para nabi, para siddiqin, orang – orang yang mati syahid dan orang – orang yang sholih.

Maksudnya : jalan yang lurus yang dibawa oleh para Rasul baik dalam aqidah atau selainnya. Inilah jalan yang telah ditempuh oleh ahli sunnah wal jama'ah yaitu jalan golongan yang diberi kenikmatan.
Nikmat : setiap keutamaan, kelebihan dan kebaikan dari Allah Ta'ala untuk para hamba-Nya.
Nikmat ada 2 bagian :
  1. Nikmat khusus yang diberikan khusus kepada orang – orang mukmin
  2. Nikmat umum nikmat yang diberikan kepada semua mahluq baik kafir maupn mukmin, orang baik maupun orang fajir (senantiasa berbuat dosa)
Sedangkan nikmat yang diberikan kepada para nabi dan Rasul adalah nikmat yang lebih khusus lagi. An Nisa' : 113

Siddiiqiin adalah orang – orang yang amat teguh kepercayaannya kepada kebenaran Rasul.
·          Sidik dalam aqidah maksudnya adalah ikhlas (QS Al Hadid : 19)
·         Sidik dalam perkataan : hendaknya tidak mengatakan kecuali yang sesuai dengan kenyataan, sama halnya bagi dirirnya ataupun orang lain.
·         Sidik dalam perbuatan : hendaknya perbuatannya sesuai dengan apa yang datang dari Rasulullah. Dan barang siapa sidik dalam perbuatannya, maka hendaknya dia ikhlas, karena kalau tidak ikhlas dia belum dikatakan sidik karena perbuatannya menyelisihi perkataannya.

Oleh karenanya sidik adalah orang yang benar dalam hatinya, keikhlasannya, kemauannya, perkataannya dan perbuatannya.
Dan orang yang paling jujur diantara para siddiqiin adalah Abu Bakara, karena ummat yang paling utama di antara ummat yang lain adalah ummat Muhamad ` , sedangkan orang yang paling utama dalam ummat Muhammad ` setelah nabinya adalah Abu Bakar. Sedangkan siddiqoh anak perempuannya as Siddik adalah 'Aisyah d.
Syuhada' : yang terbunuh di jalan Allah (QS Ali Imron : 18 / 140)
·         Solihin : orang – orang yang menjalankan hak – hak Allah l dan hak – hak para hamba-Nya.


Dalil – dalil penetapan asma' dan sifat – sifat Allah dalam Al Qur’an
1. Menggabungkan antara nafi dan itsbat di dalam sifat-Nya
  1. Surat Al Ikhlas
ö@è% uqèd ª!$# îymr& ÇÊÈ ª!$# ßyJ¢Á9$# ÇËÈ öNs9 ô$Î#tƒ öNs9ur ôs9qムÇÌÈ öNs9ur `ä3tƒ ¼ã&©! #·qàÿà2 7ymr& ÇÍÈ
1.  Katakanlah: "Dia-lah Allahl, yang Maha Esa.
2.  Allah adalah Tuhan yang bergantung kepada-Nya segala sesuatu.
3.  Dia tiada beranak dan tidak pula diperanakkan,
4.  Dan tidak ada seorangpun yang setara dengan Dia."

Di namakan al Ikhlas karena untuk membersihkan dari kotoran – kotoran syirik.
Keutamaan surat al Ikhlas
Surat ini timbangannya sama dengan sepertiga al Qur’an dalam masalah pahala, bukan dalam juznya / bagiannya.
قول النبى لأصحــابه : أيعجز أحدكم أن يقرأ ثلث القرآن فى الليلة ؟" فشقت ذالك عليهم فقالوا : أين يطاق ذالك يارسول الله ؟ فقال : الله الواحد الصمد ثلث القرآن. أخرجه البخارى ومسلم.

Di antara para ulama ada yang mengatakan :
“ Bukti bahwa al Ikhlas ini sama timbangannya dengan sepertiga dari Al Qur’an adalah : bahwa pembahasan dalam surat tersebut dengan pembahasan dalam al Qur’an terdiri dari 3 pembahasan :
  1. Khabar tentang Allahl (Tauhid)
  2. Khabar tentang mahluq-Nya (sebagaimana pegkhabaran ummat terdahulu dan akan datang)
  3. Menjelaskan tentang hukum – hukum.
Pendapat ini juga seperti yang dinukil syaikhul islam Ibnu Taimiyaht dari Ibnu Abbasa.



B.     Dan apa yang telah disifatkan bagi diri-Nya di dalam ayat-Nya yang agung yang terdapat dalam kitab-Nya, yaitu dengan firmannya :
 ª!$ Iw tm»s9Î) žwÎ) uqèd ÓyÕø9$# ãPqs)ø9$# 4 Ÿw ¼çnäè{ù's? ×puZÅ Ÿwur ×PöqtR 4 ¼çm©9 $tB Îû ÏNºuq»yJ¡¡9$# $tBur Îû ÇÚöF{$# 3 `tB #sŒ Ï%©!$# ßìxÿô±o ÿ¼çnyYÏã žwÎ) ¾ÏmÏRøŒÎ*Î/ 4 ãNn=÷ètƒ $tB šú÷üt/ óOÎgƒÏ÷ƒr& $tBur öNßgxÿù=yz ( Ÿwur tbqäÜŠÅsム&äóÓy´Î/ ô`ÏiB ÿ¾ÏmÏJù=Ïã žwÎ) $yJÎ/ uä!$x© 4 yìÅur çmÅöä. ÏNºuq»yJ¡¡9$# uÚöF{$#ur ( Ÿwur ¼çnߊqä«tƒ $uKßgÝàøÿÏm 4 uqèdur Í?yèø9$# ÞOŠÏàyèø9$# ÇËÎÎÈ
“  Allah, tidak ada Tuhan (yang berhak disembah) melainkan dia yang hidup kekal lagi terus menerus mengurus (makhluk-Nya); tidak mengantuk dan tidak tidur. Kepunyaan-Nya apa yang di langit dan di bumi. tiada yang dapat memberi syafa'at di sisi Allah tanpa izin-Nya? Allah mengetahui apa-apa yang di hadapan mereka dan di belakang mereka, dan mereka tidak mengetahui apa-apa dari ilmu Allah melainkan apa yang dikehendaki-Nya. Kursi[161] Allah meliputi langit dan bumi. dan Allah tidak merasa berat memelihara keduanya, dan Allah Maha Tinggi lagi Maha besar.( QS : Al Baqoroh : 255 )
Kursi dalam ayat Ini oleh sebagian Mufassirin diartikan dengan ilmu Allahl dan ada pula yang mengartikan dengan kekuasaan-Nya.

Yang di maksdud "a'dlomu ayatin" (ayat yang paling agung adalah ayat kursi (Al Baqoroh :255), karena dalam ayat tersebut di sebut dengan "kursi".
Sebab lain kenapa ayat ini di agungkan karena mencakup penetapan asma' dan sifat Allahl serta mensucikan dari sesuatu yang tidak layak bagi-Nya.
عن أبى بن كعب أن النبى سأله : أي آية فى كتاب الله أعظم ؟ قال الله ورسوله أعلم. فرددها مرارا. ثم قال أبي : أية الكرسى. "رواه مسلم".
Dari Ubay bin Ka'aba bahwa Nabi `  bertanya kepadanya : ayat apakah yang paling agung didalam kitabulloh ? Ubay menjawab : Allah dan Rasul-Nya yang lebih tahu. Kemudian beliau mengulang – ualang pertanyaan tersebut, maka jawab ubay : ayat kursi. (HR. Muslim)

Al Hayyu dan Al Qoyyum adalah dua sifat Allah yang paling agung yang apabila seseorang berdo'a dengan kedua nama tersebut Allahl akan mengabulkan do'anya. Kedua nama tersebut di sebut dalam al Qur’an secara bersamaan berada dalam tiga tempat :
1)      Surat Al Baqoroh        : 255
2)      Surat Ali Imron           : 2
3)      Surat Thoha                 : 111


Oleh karenanya barang siapa yang membaca ayat ini pada malam hari, maka Allah akan senantiasa menjaganya dan syaitan tidak akan mendekatinya sampai pagi.

Hal ini sebagaimana hadits yang di riwayatkan oleh imam Bukhorit dari Abu Hurairaha tentang kisah, diamana Abu Hurairaha di utus oleh Rasulullah `  untuk menjaga barang sadaqah, kemudian Abu Hurairaha menangkap setan, kemudian setan berwasiat  kepada Abu Hurairaha : "Jika kamu pergi ke tempat tidurmu, maka bacalah ayat kursi, niscaya engkau akan dijaga Allahl dan setan tidak akan berani mendekatimu sampai pagi." Setelah kejadian itu, lalu Abu Hurairaha menemui Rasul `  dan menseritakan dengan apa yang tela di alaminya, maka Rasul ` bersabda : "Sesungguhnya dia benar walau pada hakekatnya dia seorang pendusta."

2. Menggabungkan antara sifat Ketinggian, Kedekataan, Azali dan sifat Keabadian-Nya
    1. Firman Allahl dalam surat Al hadid : 3
uqèd ãA¨rF{$# ãÅzFy$#ur ãÎg»©à9$#ur ß`ÏÛ$t7ø9$#ur ( uqèdur Èe@ä3Î/ >äóÓx« îLìÎ=tæ ÇÌÈ الحديد : 3
Dialah Yang Awal dan Yang Akhir Yang Zhahir dan Yang Bathin  dan Dia Maha Mengetahui segala sesuatu (Al Hadid : 3)
    1. Al Furqon : 57
ö@ž2uqs?ur n?tã ÇcyÛø9$# Ï%©!$# Ÿw ßNqßJtƒ ........ (الفرقان : 58)
Dan bertawakkallah kepada Allah yang hidup (kekal) Yang tidak mati,…. (Al Furqon :58)


Yang dimaksud dengan: "Yang Awal" ialah, yang telah ada sebelum segala sesuatu ada, "Yang Akhir" ialah yang tetap ada setelah segala sesuatu musnah, "Yang Zhahir" ialah, Yang nyata adanya karena banyak bukti-  buktinya dan "Yang Bathin" ialah yang tak dapat digambarkan hikmat zat-Nya oleh akal.

Inti dari ayat di atas ialah : Menetapkan nama – nama Allahl yang empat, yaitu : "Al Awwal, Al Akhir, Ad Dlohir dan Al Bathin".

Kita juga bisa mengambil faedah dari  sifat – sifat Allahl yang lima, yaitu : "Awwaliyah, Al Akhiriyah,Ad Dzohiriyah, Al Bathiiyah dan keumuman ilmu-Nya.
Ibnu Qoyyim berkata : " nama – nama Allah yang empat ini antara satu dengan yang lain saling berhubungan, dua nama untuk azaliah (Yang terdahulu) dan abadiyah (Yang Kekal) dan dua nama untuk ketinggian-Nya dan kedekatan-Nya."

Dalam ayat di atas menjelaskan bahwa ilmu Allahl meliputi segala sesuatu. Iman kepada hal ini bisa membuahkan akan kesempurnaan muroqobah Allahl dan menambah rasa khosyah kepada-Nya sehingga kita akan senantiasa menjalankan segala perintah-Nya dan tidak akan melihat sesuatu yang di larang.

Tawakkal di ambil dari kata "wakala" yaitu menyandarkan sesuatu kepada yang lain.
Tawakkal menurut para ulama ialah benar – benar bersandar kepada Allah Ta'ala untuk memperoleh manfa'at atau mencegah mara bahaya di sertai dengan tsiqoh kepada Allahl dengan melakukan sebab – sebab yang di benarkan.

Tawakkal merupakan bagian dari din. Sebagaimana firman Allahl :
إياك نعبد وإياك نستعين
Sedangkan buah dari tawakkal adalah senantiasa beristi'anah (meminta tolong) kepada Allah Ta'ala. QS Al Hud : 123

3. Keluasaan ilmu Allah kepada seluruh mahluq-Nya
Dan firman Allah Ta'ala    وهو العليم الحكيم / وهو العليم الخبير
  1. Saba' : 2                    
  2. Al An'am : 59                       
  3. Al Fathir : 11            
  4. AtThalaq : 12                  
  5. Ad  Dzariyat : 58

Hukum Allahl ada 2 macam :
a)      Syar'I : Syare'at  yang dibawa para Rasul yang diturunkan melalui kitab – kitab-Nya (Qs Al Mumtahanah : 10)
b)      Kauni : sesuatu yang diputuskan kepada para hamba-Nya dari penciptaan, rizqi, kehidupan, kematian dan semisanya.

·         Al Hakiim : semua perkataan dan perbuatan-Nya benar, tidak ada kebatilan, akan tetapi setiappenciptaan dan perinta-Nya itu mengikuti hikmah-Nya
·         Al Khobiir : Dzat yang mengetahui perkara – perkara yang sangat tersembunyi.
·         Al 'Aliim   : Dzat yang mengetahui perkara – perkara yang dlohir

Faedah dari iman kepada sifat – sifat tersebut : akan menambah rasa takut (khosyah) kepada Allahl dalam keadaan nampak (dlohir)  ataupun tersembunyi.
Dalam surat al Luqman ayat 34 Allahl berfirman :
¨bÎ) ©!$# ¼çnyYÏã ãNù=Ïæ Ïptã$¡¡9$# Ú^Íit\ãƒur y]øtóø9$# ÞOn=÷ètƒur $tB Îû ÏQ%tnöF{$# ( $tBur Íôs? Ó§øÿtR #sŒ$¨B Ü=Å¡ò6s? #Yxî ( $tBur Íôs? 6§øÿtR Ädr'Î/ <Úör& ßNqßJs? 4 ¨bÎ) ©!$# íOŠÎ=tæ 7ŽÎ6yz ÇÌÍÈ
“Sesungguhnya Allah, hanya pada sisi-Nya sajalah pengetahuan tentang Hari Kiamat;  dan  Dia-lah Yang menurunkan hujan, dan mengetahui apa yang ada dalam rahim.  Dan tiada seorangpun yang dapat mengetahui (dengan  pasti) apa  yang  akan  diusahakannya  besok* Dan tiada seorangpun yang dapat mengetahui di bumi mana dia akan  mati.  Sesungguhnya  Allah  Maha Mengetahui lagi Maha Mengenal.”

* Maksudnya: manusia itu tidak dapat mengetahui  dengan  pasti  apa yang  akan diusahakannya  besok  atau  yang  akan  diperolehnya,  namun demikian mereka diwajibkan berusaha.

Ayat di atas menjelaskan tentang "mafatihul ghoib" yaitu ada 5 perkara :
a)      Perkara kiyamat
b)      Turunnya hujan
c)      Mengetahui apa saja yang di rahim
d)     Mengetahui apa yang akan terjadi besok hari
e)      Mengetahui tempat kematian seseorang

Ar Rizqu maknanya adalah pemberian
Rizqi ini ada dua macam :
  1. Umum : sesuatu yang bermanfaat bagi badan, baik halal maupun haram, di berikan kepada orang muslim ataupun kafir
  2. Khusus : sesuautu yang dengannya seseorang bisa menjalankan ibadah kepada Allah baik berupa ilmu yang bermanfa'at atau amal sholeh, sedangkan rizqi yang halal berkaitan erat dengan ketaatan kepada Allah Ta'ala.

Al Quwwah : suatu sifat yang memungkinkan seseorang untuk mengerjakan sesuatu tanpa ada rasa lemah.
Sifat Quwwah ini lebih khusus dari pada sifat Qudrah, karena qudrah di peruntukkan bagi yang punya perasaan sedangkan quwwah lebih dari pada itu.

Faedah mengetahui sifat ini :
Kita tidak meminta kekuatan dan rizqi kecuali kepada Allahl semata, dan percaya walaupun ada kekuatan luar biasa akan tetapi kekuatan tersebut tidak mungkin bisa menandingi dari kekuatan Allahl, karena Allah Ta'ala mempunyai sifat "Al Matin" yaitu : kekuatan dan kemampuan sampai pada batas penghabisan. Padahal kekuatan Allahl tidak ada habisnya.

4. Menetapkan sifat "As Sam'u (Maha Mendengar) dan Al Bashar (Maha Melihat) bagi Allah Ta'ala.
Sebagaimana firnan Allah Ta'ala :
  1. QS As Syuro : 11  dan
  2. Qs An Nisa' : 58

As Sam'u mempunyai dua makna :
  1. Yang Maha Mengabulkan      إن ربى لسميع الدعاء   
  2. Yang Maha Mendengar.
Sedangkan as Sami' yang bermakna mendengarkan semua suara, hal ini ada beberapa macam:
1.      Keterangan secara umum bahwa Allahl Maha Mendengar dari setiap suara / perkataan Qs Al Mujadalah : 1
2.      Mendengar dengan maksud menolong. Sebagaimana firman Allahl kepada Musa dalam surat Thoha : 46
3.      Mendengar dengan maksud mengancam. Sebagaimana firman Allahl dalam surat As Zuhruf ayat 80

Faedah dari iman kepada sifat "As Sam'u dan sifat "Al Basharu" :
Akan selalu berhati – hati dari perkataan dan perbuatan yang membuat Allah murka.



5. Menetapkan sifat Masyi'ah dan sifat Irodah (berkehendak) bagi Allah Ta'ala.
Firman Allahl :
  1. Al Kahfi : 39             
  2. Al Baqoroh : 253      
  3. Al Maidah : 1            
  4. Al An'am : 125

Masyiah : irodah kauniyah yang di peruntukkan  untuk sesuatu yang di sukai atau sesuatu yang tidak di sukai dan juga di peruntukkan kepada semua mahluq tanpa terkecuali. Hal ini mengharuskan adanya kehendak Allah Ta'ala dalam setiap keadaan, maka setiap apa saja yang Allahl kehendaki akan terjadi dan harus terjadi, baik sesuatu tersebut di ridlai ataupun tidak di ridlai.

Irodah Allah ada 2 maacam :
1.      Irodah kauniyah sinonim dari sifat masyi'ah Allahl. Firman Allahl dalam surat Yasin : 82
2.      Irodah syar'iyah, irodah ini berkaitan dengan perintah – perintah Allah Ta'ala yang di cintai dan di ridlai-Nya terhadap hamba – hamba-Nya. Firman Allahl dlm surat Al Baqoroh : 185

Seseorang belum di katakan beriman kepada Rasul `  sebelum memenuhi 3 perkara :
  1. Berhukum kepada Rasulullah `  
  2. Berlapang dada dengan menerima hukum beliau `  
  3. Tunduk dan patuh terhadap keputusan beliau `  

Beberapa faedah yang bisa di petik dari siafat irodah Allahl :
  1. Menggantungkan setiap pengharapan dari rasa takut kepada Allahl dalam setiap keadaan
  2. Mengerjakan syare'at – syare'at-Nya sehingga di cintai dan di ridlai-Nya, hal ini akan menambah semangat untuk senantiasa beramal.

Perbedaan antara irodah kauniyah dengan irodah syar'iyah :
  1. Irodah kauniyah mengharuskan adanya kejadian, sedangkan irodah syar'iyah tidak mengharuskan adanya kejadian.
  2. Irodah syar'iyah khusus untuk sesuatu yang di ridlai Allah, sedangkan irodah kauniyah untuk umum, baik hal itu di ridlai ataupun di murkai.


6. Menetapkan sifat "Mahabbah" (kecintaan) bagi Allahl  yang sesuai dengan keagungan-Nya untuk para wali-Nya.  
Firman Allah :
  1. Al Baqoroh : 195      
  2. Al Hujurot : 9                       
  3. At Taubah : 7                       
  4. Al Baqoroh : 222      
  5. Ali Imron : 31                       
  6. Al Maidah : 54          
  7. As Shof : 4                
  8. Al Buruj : 14

Ayat di atas menjelaskan tentang penetapan sifat mahabbah bagi Allah Ta'ala. Sebagimana firman-Nya " Sesungguhnya Allahl mencintai orang – orang yang berbuat ihsan (baik).

Ihsan merupakan perintah Allah Ta'ala untuk membaguskan dan menyempurnakan suatu amalan dalam setiap keadaan. Sebagimana dalam hadits Jibril Rasulullah `  menjelaskan, bahwa ihsan adalah "Egkau beribadah kepada Allahl seakan – akan engkau melihat-Nya, dan jika engkau tidak melihat-Nya, sesungguhnya Dia melihatmu". Ihsan adalah tingkatan paling tinggi dalam ketaatan (din) setelah iman dan islam (Hadits Jibril).

·         Golongan Asy'ariyah menolak sifat mahabbah bagi Allahl, karena hal tersebut menunjukkan kekurangan-Nya, karena mahabah menurut mereka adalah condong kepda sesuatu yang di senangi, sedangkan Asy'ariyah mengembalikan sifat mahabbah ini kepada sifat irodah (kehendak) karena kecintaan Allah kepada hamba-Nya tidak bermakna sama sekali kecuali hal itu merupakan kehendak-Nya saja untuk memulikan hamba-Nya.
·         Golongan Mu'tazilah memahami bahwa sifat mahabbah merupakan pahala yang wajib diberikan oleh Allahl kepada hamba-Nya karena dia telah mentaati-Nya.
·         Sedangkan ahli sunnah wal jama'ah menetapkan "Mahabbah" adalah sifat haqiqi bagi Allah Ta'ala yang sesuai dengan keagungan-Nya tanpa ada kekurangan dan penyerupaan.
·         Bukanlah yang di maksud adil adalah menyamakan suatu pemberian, karena pengertian ini adalah salah. Sebab menyamakan suatu pemberian menuntut akan menyamakan sesuatu. Sehingga ada yang mengatakan pemberian antara laki – laki dan wanita adalah sama. Pemahaman ini adalah keliru. Sedangkan ibarat yang mendekati kebenaran adalah memberikan salah seorang menurut apa yang di butuhkan.
Maka salahlah apabila ada seorang yang mengatkan din islam adalah din musawah (agama yang sama), akan tetapi dinul islam adalah agama yang adil.

Al Muwahidun ada 3 macam :
1.      Golongan yang berlaku lurus dalam perjanjian dan amanahnya, maka kita juga wajib untuk berlaku lurus terhadap mereka
2.      Golongan yang berkhianat, maka kita di larang untuk membuat perjanjian kepada mereka
3.      Golongan yang menampakkan kelurusannya akan tetapi kita khawatir mereka berkhianat, maka kita di anjurkan untuk tidak membuat perjanjian kepada mereka.  

Taubat adalah kembali kepda Allahl dari perbuatan maksiat kepada ketaatan kepada-Nya.
Syarat – syarat taubat :
  1. Ikhlas karena Allahl semata
  2. Menyesali dosa yang pernah di perbuat
  3. Meninggalkan dosa – dosa tersebut
  4. Berazzam (berkeinginan kuat) untuk tidak mengulangi perbuatan dosa
  5. Berdo'a di waktu – waktu yang mustajab
Di antaranya : sebelum datangnya sakaratul maut dan sebelum matahari terbit dari barat.

Dalam surat Al Maidah ayat 54, Allahl menjelskan tentang ciri – ciri kaum yang di cintai Allahl, Yaitu :
1.      Allahl mencintai mereka dan merekapun mencintai Allahl
2.      Berlaku lemah lembut terhadap orang – orang mukmin
3.      Bersikap keras terhadap orang – orang kafir
4.      Berjunag di jalan Allahl
5.      Tidak takut terhadap celaan orang yang mencelanya

"Kaum yang diberi oleh Allahl berupa kecintaan kepada-Nya, hal itu karena amalan – amalanya yang terdiri dari beberapa sifat, diantaranya ialah :
  1. Berjuang / berperang di jalan Allahl
  2. Ikhlas dalam beramal
  3. Saling menguatkan dan menolong antara satu dengan yang lain
  4. Mereka seperti bangunan yang sangat kokoh
  5. Tidak ada yang mampu mencerai – beraikan mereka  (QS As Shof : 4)

7. Menetapkan sifat Rahmah (kasih sayang) dan Maghfiroh (Maha Pengampun) bagi Allahl.  Firman Allah :
  1. Al Fatihah : 1                        
  2. Ghofir : 7                  
  3. Al Ahzab : 43            
  4. Al A'rof : 156
  5. Al An'am : 154                     
  6. Al Ahqof : 8              
  7. Yusuf : 64

Allah telah menjelaskan bahwa dalam surat al Fatehah terkandung beberapa sifat-sifat–Nya, di antaranya adalah : sifat uluhiyah (keesaan Allahl) dan sifat rahmah, juga mengandung beberapa nama – nama Allahl di antaranya ialah : Allah, Rohman dan Rokhim.

Tentang Ar Rohman ini ada dua pendapat :
Bahwa Ar Rohman menunjukkan kepada rohmat Allahl yang luas kepada seluruh mahluq-Nya yang ada, tetapi Ar Rokhim itu diberikan khusus kepada orang – orang mukmin saja.

Bahwa Ar Rohman menunjukkan kepada sifat Dzatiyah (sifat yang tetap bagi Allah), sedangkan Ar Rohim menunujukkan kepada keterkaitan seorang hamba dengan Allahl.

Ibnu Qoyyim berkata : "sifat rohman menunjukkan atas sifat yang berdiri sendiri tanpa ada keterkaitan, sedangkan sifat Ar Rokhim menunjukkan atas keterkaitannya dengan sesuatu yang di sayangi."
Lafadz "فالله خير حـــافظا" ini adalah hikayah yang di ceritakan Allahl tentang nabi Ya'kub ‘alaihi salam tatkala anak – anaknya meminta kepadanya untuk bisa membawa saudaranya yusuf ‘alaihi salam, dan mereka sama berjanji untuk mejaganya, maka Ya'qub ‘alaihi salam menjawab : "Sesuangguhnya penjagaan Allahl lebih baik dari pada penjagaan kalian."
Ayat – ayat tersebut mencakup sifat – sifat Allahl, yaitu : sifat Rohmah dan Maghfiroh yang sesuai dengan kebesaran dan keagungan-Nya.

Beberapa faedah yang bisa di ambil dari sifat – sifat tersebut :
Selama manusia mengetahui bahwa Allah Maha penyanyang, maka ia akan selalu menggantungkan harapannya atas rahmat Allah Ta'ala, dan keyakinannya akan selalu membawanya kepada perbuatan yang bisa menyampaikannya kepada rahmat Allah Ta'ala.

8. Menyebutkan sifat Ridla, Murka, Marah, dan sifat Benci dalam Al Qur’an, bahwa Allahl di sifati dengan yang demikian.
Firman Allah :
  1. Al Bayyinah : 8                     
  2. An Nisa' : 93             
  3. Muhammad : 28                   
  4. Az Zuhruf : 55
  5. At Taubah : 46                     
  6. As Shof : 3

Menurut ahlul haq, kesemuanya sifat – sifat yang telah di sebutkan dalam ayat – ayat tersebut adalah sifat yang haqiqi yang sesuai dengan keagungan-Nya yang tidak sama dengan mahluq dan tidak boleh di takwilkan dengan arti keinginan untuk membalas atau yang lainnya sifat – sifat ini juga termasuk dari sifat af'al (perbuatan) yang Allahl lakukan menurut kapan saja yang Dia kehendaki.

Allahl disifati dengan sifat ridla, karena Dia ridla dari perbuatan dan yang berbuat (pelaku). Bahwasannya ridla Allahl berkaitan dengan perbuatan dan yang berbuat.

Soal     : apabila seorang pembunuh bertaubat, apakah dia mendapatkan ancaman?
Jawab : Dia tidak berhak mendapatkan ancaman dengan berdalilkan QS Al Furqon : 68 – 70
Juga dalam hadits shahih yang menceritakan tentang kisah seorang bani isro'il yang membunuh 100 orang kemudian dia bertaubat.

Para ulama berbeda pendapat tentang membunuh seorang mukmin dengan sengaja, ada yang mengatakan bahwa tidak ada taubat baginya dan dia kekal di Neraka dengan dalil
 ومن يقتل مؤمنا متعمدا فجزائه جهنم خــالدا فيها
Pendapat  ini kemudian di bantah, karena menyelisihi firman Allah Ta'ala :
 إن الله لا يغفر أن يشرك به ويغفر ما دون ذالك لمن يشاء
Pendapat tersebut di kemukakan dengan beberapa alasan, diantaranya :
  1. Balasan Jahannam dalam ayat tersebut adalah membunuh dengan sengaja
  2. Dia tidak di di beri Jahannam kalau dia bertauabat dan beramal sholeh (Al Furqon : 68 – 70)
  3. Ayat tersebut turun dengan ancaman yang keras
  4. Maksud dari kekal dalam ayat diatas ialah tinggal dalam Jahannam dalam jangka waktu yang lama

Sesungguhnya orang yang membunuh mempunyai 3 hak :
  1. Hak dengan Allahl yang bisa gugur dengan adanya toubat
  2. Haknya ahli waris yang bisa gugur dengan keralaan dan ma’afnya di dunia
  3. Haknya yang di bunuh yang tidak bisa gugur sehingga dia di temukan Allahl dengan yang membunuh kemudian dia berkata : "Wahai robku tanyakan kepadanya mengapa dia membunuhku?"

9. Menyebutkan akan sifat datang bagi Allahl untuk memutuskan perkara di antara para hamba yang sesuai dengan keagungan-Nya
Firman Allah :
  1. Al Baqoroh : 21        
  2. Al An'am : 158         
  3. Al Fajr : 21,22          
  4. Al Furqon : 25

Ayat – ayat diatas menjelaskan tentang penetapan sifat Allah Ta'ala dari sifat perbuatan-Nya, yaitu : "al Ityan" dan "al Maji'" (datang). Ahli Sunnah wal Jama'ah mengimani kedua sifat ini dengan hakekat sebenarnya yang jauh dari ta'wil.

Ada tiga keadaan yang mana tobat seseorang tidak lagi di terima :
  1. Malaikat turun untuk mencabut nyawa          إلاّ أن يأتيهم الملائكة
  2. Allah datang untuk memutuskan perkara (hari qiyamat)        أن يأتي ربك
  3. Matahari terbit dari barat         أن يأتي بعض آياتى ربك        

Beberapa faedah dari penjelasan di atas :
Jika seseorang mengimani bahwa Allahl akan datang untuk memutuskan perkara di antara hamba-Nya pada hari kiamat begitu juga dengan para Malaikat yang ikut turun untuk kesaksian ini, maka akan timbul dalam dirinya. Maka tidak ada yang terlihat di hadapanya kecuali Allahl dan para mahluq semuanya, maka barang siapa yang berbuat kebaikan, dia akan mendapatkan kebaikan dari usahanya, dan barang siapa yang berbuat kejelekan maka dia akam mendapatkan balasan yang setimpal dari perbuatannya itu.

Beriman dengan perkara yang besar ini akan menimbulkan rasa takut khosyah kepada Allahl dan senantiasa istiqomah di atas agama-Nya.

Ibnu Qoyyim Al jauziyah berkata : sifat "Ityan" dan "Maji'" yang di sandarkan kepada Allah Ta'ala ada 2 macam :
  1. Muqoyyad yaitu apabila kedatangan Allahl untuk memberi rahmat atau mengadzab. Sebagaimana di sebutkan dalam sebuah hadits :         
 حتى جــــــاء الله بالرحمة والخير
  1. Mutlak yaitu kedatangan Allahl secara mutlak, yaitu dengan kata "Ityan" dan "Maji'" sebagaimana firman Allahl surat Al An'am : 185


10. Menetapkan bahwa Allahl memiliki wajah
Firman Allah Ta'ala :
1.      Ar Rohman : 27            
2.      Al Qoshosh : 88

            “Al Wajhu” maknanya ma'lum sedangkan bentuknya majhulah, yaitu tidak ada yang mengetahuinya keculai Dia sendiri, seperti sifat – sifat Allahl yang lain. Akan tetapi kita mengimani bahwa Allah memiliki wajah yang di sifati dengan keagungan dan kemuliaan-Nya. Sebagaiman Dia juga di sifati dengan ramah, agung, cahaya (nur), besar dan lain sebagainya.

Maksud dari Al Wajhu di sini adalah wajah Allahl secara haqiqi, bukan yang bermakna Jihah (arah), sebagimana firman Allahl فأينما تولوا فثم وجه الله  , sebab apabila seseorang sedang shalat dia menghadapkan wajahnya kepada wajah Allahl, hal ini sebagaimana sabda beliau apabila seseorang sedang shalat, maka sesungguhnya Allahl menghadapkan wajah-Nya kepada dia. Oleh karena itu beliau melarang seseorang melewati di depan wajahnya orang yang sedang shalat , karena Allahl menghadapkan wajah-Nya kepada dia.

11. Menetapkan bahwa Allahl memiliki tangan
Firman Allahl :
  1. Shod : 75                   
  2. Al Maidah : 64

Dalam surat Shad : 75, menjelaskan bahwasannya Allahl benar – benar menciptakan Adam dengan tangan-Nya. Allahl berfirman :
tA$s% ߧŠÎ=ö/Î*¯»tƒ $tB y7yèuZtB br& yàfó¡n@ $yJÏ9 àMø)n=yz £yuÎ/ ( |N÷Žy9õ3tGór& ÷Pr& |MZä. z`ÏB tû,Î!$yèø9$# ÇÐÎÈ
Artinya : " Allah berfirman:  "Hai iblis,   apakah yang menghalangi kamu sujud  kepada  yang  telah Ku-ciptakan  dengan  kedua  tangan-Ku. Apakah kamu menyombongkan diri   ataukah  kamu (merasa)  termasuk orang-orang yang (lebih) tinggi?". (Shood : 75)

Kedua ayat di atas menjelaskan bahwa Allahl benar –benar memiliki tangan. Ini adalah sifat haqiqi yang sesuai dengan keagungan-Nya dan tak ada yang menyerupainya.

Dalam hadits Abdulloh bin Amra di jelaskan : "Sesunguhnya Allahl menciptakan 3 sesuatu dengan tangan-Nya, yaitu :
  1. Menciptakan Adam
  2. Menulis Taurat
  3. Menanam tanaman di Jannah juga dengan tangan-Nya

·         Yahudi berasal dari kata "Yahuda". Yahuda adalah salah satu dari anak keturunannya nabi Ya'qub ‘alaihi salam, kemudian kaum Yahudi di nisbatkan kepadanya. Atau Bani Isra'il yang di nisbatkan kepada Ya'qub ‘alaihi salam yang di gelari dengan Isra'il.
·         Kaum yahudi adalah kelompok dari bani isro'il yang mengikuti nabi Musa ‘alaihi salam.
·         Orang – orang Yahudi adalah kelompok manusia  yang sombong lagi angkuh.


Di antara perkataan – perkataan bathil mereka tentang Allahl adalah :
  1. Bahwa Allahl adalah fakir (ali Imron : 181)
  2. Bahwa Allahl lemah, karena sewaktu Dia menciptakan langit dan bumi Dia istirahat pada hari sabtu, oleh karenanya hari sabtu dijadikan hari besar buat mereka.
  3. Bahwa tangan Allahl terbelenggu (Al Maidah : 64), maka Allahl menimpakan siksa kepada mereka yaitu Allahl membalikkan apa yang telah mereka katakan tentang diri-Nya. Dengan sebab inilah mereka (Yahudi) di perangi, dan juga mereka adalah manusia yang paling bakhil di antara hamba-hamba Allahl.

12. Menetpkan bahwa Allahl memiliki 2 mata.
Firman  Allahl :
1.      At Thur : 48                      
2.      Al Qomar : 13, 14              
3.      Thoha : 39

Maksud sabar dalam surat at Thur : 48 ialah sabar terhadap hukum – hukum Allahl, maksudnya menahan diri untuk senantiasa berhukum dengan hukum – hukum Allah Ta'ala.


Sabar di bagi menjadi 3 bagian :
  1. Sabar di atas keataatan kepada Allah Ta'ala
  2. Sabar untuk tidak bermaksiat kepada-Nya
  3. Sabar di atas takdir yang telah di tentukan Allahl kepadanya

فإنك بأعيننا        maksudnya : di bawah penglihatan kami, maka biarkanlah orang –orang kafir menyakitimu, sesungguhnya perbuatan mereka tidak akan bisa sampai kepadamu.

Dalam hadits shahih Rasulullah ` menetapkan bahwa Allahl hanya memiliki 2 mata, tatkala beliau mensifati Dajjal beliau bersabda : "Bahwa dia buta mata sebelahnya, sedangkan robmu tidaklah buta sebelah" dan dalam lafal yang lain : "mata kanannya buta".

Para ahli ta'rif dan ahli ta'thil menafsiri "ain" bagi Allahl dengan penglihatan (ru'ya) tidak dengan arti yang hakiki (mata). Hal ini adalah perkataan yang bathil di lihat dari beberapa segi :
1.      Menyelisihi dhahir lafalnya
2.      Menyelisihi ijma' salaf
3.      Mereka mengatakan bahwa yang di maksud dengan "ain" adalah penglihatan saja. Mereka mengatakan hal tersebut tanpa di dasari dengan dalil yang jelas
4.      Sesungguhnya Allahl menisbatkan diri-Nya, bahwa Dia memiliki mata yang haqiqi.


13. Menetapkan bahwa Allahl memiliki sifat Maha Mendengar dan Maha Melihat.
Firman Allah Ta'ala :
  1. Al Mujadalah : 1                  
  2. As Zuhruf : 80                      
  3. Toha : 46       
  4. Al Alaq : 14   
  5. As Syu'aro' : 218, 220                      
  6. At Taubah : 105

Dhihar : seorang suami mengatakan kepada istrinya, engkau bagiku seperti punggung ibuku, hal ini di maksudkan untuk mentalak sang istri ( Al Mujadalah : 1 )

As Sam'u apabila di idlofahkan (sandarkan) kepada Allahl memiliki 2 cakupan :
  1. Mendengar yang berkaitan dengan suara – suara, maknanya bahwa Allahl mendengar semua suara – suara
  2. As Sam'u yang artinya mengabulkan

As Sam'u yang berarti mengetahui semua jenis suara ada 3 bagian :
1.      Yang mempunyai maksud sebagai penguat (Toha : 46)
2.      Yang mempunyai sebagai ancaman (Ali Imron : 181)
3.      Yang mampunyai maksud keluasan / cakupan akan luasnya pendenaran Allah (Al Mujadalah : 1)

Lafal "Ar Ru'ya" jika di idlofahkan kepada Allahl memiliki 2 makna :
1.      Al Ilmu (mengetahui)  QS Al Ma'arij : 6 – 7
2.      Yang di maksud adalah luasnya penglihatan Allah

Ar Ru'ya yang bermakna luasnya penglihatan Allahl di bagi menjadi 3 bagian :
1.      Yang memiliki maksud sebagai penguat (Toha : 46)
2.      Yang memiliki maksud luasnya penglihatan Allah  (An Nisa' : 58)
3.      Yang memiliki makna Ancaman (At Taubah : 94)


Faedah yang bisa di petik dari beriman dengan sifat tersebut :
Menjadikan hati seseorang menjadi khouf (takut) dan senantiasa mengharap kepada Allahl dan takut untuk berbuat maksiat, di karenakan Allahl senantiasa melihat tingkah laku para hamba-Nya.






14. Menetapkan bahwa Allahl memiliki tipu daya yang sesuai dengan keagungan-Nya
Sebagaimana firman-Nya :
  1. Ar Ro'du : 13            
  2. Ali Imron : 54                       
  3. An Naml : 50            
  4. At Thoriq : 15.16

"Syadidul Mihal" maknanya yang sangat kuat / besar siksanya atau sangat besar makarnya.

Allahl tidak boleh di sifati dengan sifat tersebut secara mutlak, karena tidak boleh di katakan Allah adalah pembuat makar, karena sifat tersebut bisa untuk pujian dan celaan. Padahal makar Allah itu adalah sifat yang mengandung pujian semua.
Oleh karenanya kita katakan makar Allahl adalah sebaik – baik makar, atau Allahl membuat makar sebagai tandingan karena mereka (yang memusuhi Allah) membuat makar.

Para ulama berkata bahwa makar itu merupakan suatu wasilah dengan suatu sebab karena khawatir kalah dalam suatu permusuhan. Ini sama maknanya dengan "Al Kaidu, Al Makru, Al Mihal". (QS Ali Imron : 54).

Ayat ini menerangkan tentang makar Allahl kepada orang – orang Yahudi yang ingin membunuh Nabi Isa, akan tetapi makar Allahl lebih dari pada makarnya orang – orang Yahudi tersebut, justru teman mereka yang di serupakan dengan Nabi Isa ‘alaihi salam yang mereka tangkap kemudian mereka menyalibnya.

15. Menetapkan bahwa Allahl di sifati dengan Maha Pema'af, Maha Pengampun, Maha Pengasih, Maha Mulia dan Maha Kuat (Kuasa).
Sebagamana firman-Nya :
  1. An Nisa' : 149                       
  2. An Nur : 22   
  3. Al Munafiqun : 8     
  4. Dan juga firman-Nya tentang iblis, Shood : 82

Al Afwu adalah termasuk dari nama – nama Allahl yang bermaksud menahan dari siksa-Nya kepada seorang hamba apabila seseorang itu bertaubat dan kembali kepada Allahl. QS As Syuro : 25.

Sedangkan surat an Nur : 22 ini di turunkan berkenaan tentang Abu Bakara tatkala beliau bersumpah untuk tidak memberi makan / nafaqoh kepada Misthoh bin Utsatssah (anak bibi Abu Bakara) karena dia merupakan salah satu di antara yang menyebarkan haditsul ifki tentang kehormatan Ummul Mukminin 'Aisyahd.

Para ahli ilmu membagi sifat "izzah" menjadi 3 bagian :
  1. Izzah Qodr maknanya Allahl memiliki kemampuan yang sangat kuat yaitu kemampuan yang tidak ada yang bisa menandinginya.
  2. Izzah Qohr maknanya bahwa Allahl senantiasa menang terhadap sesuatu. (QS Shood : 23)
  3. Izzatul Imtina' maksudnya bahwa Allah mencegah dari suatu kejelekan dan kekurangan
Ini semua adalah makna izzah yang mana Allahl menetapkan sifat tersebut bagi diri-Nya yang menunjukkan akan kesempurnaan, kekuatan, dan kekuasaan-Nya dan juga kesempurnaan sifat – sifat-Nya serta kesucian-Nya dari segala kekurangan.

Beberapa faedah dari sifat – sifat tersebut :
  1. Jika kita mengetahui bahwa Allahl memiliki sifat pema'af dan Allahl itu mampu / kuasa maka seharusnyalah kita senantiasa meminta ma'af kepada-Nya dan senantiasa mengharapkan keampunan kepada-Nya.
  2. Jika kita mengetahui bahwa Allahl Maha Mulia / Kuat maka tidak mungkin kita untuk memerangi Allah Ta'ala

16. Menetapkan nama – nama bagi Allahl dan meniadakan sesuatu yang menyerupai-Nya.
Firman Allah Ta'ala :
  1. Ar Rohman : 78                   
  2. Maryam : 65 
  3. Al Ikhlas : 4  
  4. Al Baqoroh : 22 & 165

Sesungguhnya barakah itu terdapat pada nama Allahl, maksudnya Allahl adalah pemilik segala sesuatu. Maka apabila menyebut nama Allahl jadilah sesuatu tersebut berbarakah.

Sebagaimana di sebutkan di sebuah hadits :
 كل أمر ذى بال لا يبدأ فيه ببسم الله هو أبتر أي ناقض البركة
Hikmah penyebutan nama Allahl untuk menghalalkan sesuatu yang aslinya di haramkan Allahl menjadi halal. oleh karenanya apabila seseorang berkorban / menyembelih dengan nama Allahl maka sembelihan tersebut menjadi halal dan apabila tidak menyebut nama Allahl maka sembelihan tersebut menjadi haram. Di sini ada perbedaan yang jelas antara halal yang baik dan bangkai yang najis.

Makna ibadah secara etimologi adalah kerendahan dan ketundukan.
Sedangkan menurut istilah ialah setiap segala sesuatu yang di sukai dan di ridlai Allahl baik berupa perkataan ataupun perbuatan, yang nampak maupun yang tersembunyi.

"Andad" ialah suatu tandingan yang mena mereka beribadah kepadanya seperti beribadah kepada Allahl, bernadzar kepadanya sebagaimana bernadzar kepada Allah karena mereka mencintainya sebagaimana mereka mencintai Allahl (Al Baqoroh : 165). Ini di namakan syirik mahabbah.

Beberapa faedah :
  1. Jika kita mengetahui bahwa Allahl di sifati dengan Maha Agung, maka seharusnyalah kita selalu mengagungkan-Nya, dan jika kita mengetahui bahwa Allahl di sifati dengan Maha Mulia maka selayaknyalah kita senantiasa mengharap kemuliaan dan keutamaan dari-Nya.
  2. Bersabar untuk senantiasa beribadah kepada Allahl (Maryam : 65)
  3. Mensucikan Allahl dari segala kekurangan (Al Ikhlas : 4)
  4. Manusia di larang untuk lebih mencintai sesuatu dari pada mencintai Allahl ( Al Baqoroh : 65 )


17. Meniadakan sekutu bagi Allah Ta'ala
Firman Allah Ta'ala :
  1. Al Isro' : 111                        
  2. At Taghobun : 1       
  3. Al Furqon : 1 – 2      
  4. Al Mukminun : 91 – 92        
  5. An Nahl : 74             
  6. Al A'rof  : 32

Beberapa faedah dari surat Al Isro' : 111
  1. Bahwasannya manusia mengetahui akan kesempurnaan Allahl, bahwa Dialah Dzat yang tidak membutuhkan kepada seseorang pun, Dzat yang mempunyai kemulian yang sempurna.
  2. Seseorang akan senantiasa memuji dan mensucikan Allahl dari bentuk cacat / aib sebagaimana ia memujinya terhadap sifat – sifat kesempurnaan  yang lain.
Tasbih di bagi 2 macam :
1.      Tasbih dengan keadaan, hal ini masih umum ( Al Isro' : 44 ). Maksudnya adalah semua yang ada di langit dan bumi semuanya dalam keadaan bertasbih (mensucikan Allahl) dari segala bentuk cela dan kekurangan.
2.      Tasbih dengan perkataan, hal ini juga masih umum, akan tetapi orang – orang kafir tidak masuk dalam cakupan ini, karena mereka tidak bertasbih dengan lesan mereka. Sebagaimana firman Allah Ta'ala dalam surat Al Hasr : 23 dan surat As Shofat : 159
Maksud tasbih dengan lesan ialah dengan mengucapkan lafal "Subhanallah"

           
Dalam surat al Furqon : 1 – 2 menjelaskan tentang al Qur’an.
            Bahwa al Qur’an adalah sumber yang darinya di pecahkan semua perkara – perkara dan permasalah – permaslahan. Oleh karena itu apabila seseorang hendak menjelaskan suatu permasalahan hendaknya kembali kepada al Qur’an.

Al Qur’an di namakan juga dengan al Furqan sebab al Furqan adalah pembeda yang jelas antara kebenaran dan kebatilan, pembeda antara petunjuk dan kesesatan. begitu juga halnya dengan al Qur’an.

Ada 5 hal yang Allahl haramkan atas kita yang berkenaan dengan Diri-Nya, yaitu membicarakan sesuatu yang belum kita ketahui baik berupa :
a. Dzatnya                                           c. Sifat – sifat-Nya                 
b. Nama – nama-Nya                          d. Perbuatan – perbuatan-Nya
                                                            e. Hukum – hukum-Nya



Beberapa faedah dari ayat – ayat di atas :
  1. Meniadakan sekutu bagi Allahl
  2. Menetapkan akan keesaan Allahl dengan sempurna
  3. Meniadakan bahwa Allahl beranak
  4. Bahwa semua makhluk pada hakekatnya tunduk dan bertasbih kepada Allah Ta'ala.

Fahisah adalah perbuatan keji dan di larang. Dan dari sebagian mereka ada yang mengkhususkan bahwa fahisah adalah sesuatu yang mengandung syahwat, kesenangan dalam kemaksiatan sebagaimana zina, liwath dll, baik yang dhahir seperti sifat sombong, ujub, rakus terhadap kepemimpinan atau yang tersembunyi.

18. Menetapkan bahwa Allahl bersemayam di atas Arsy-Nya
Firman Allahl :
  1. Thoha : 5       
  2. Al A'rof : 54 dan di beberapa tempat dalam surat Al A'rof        
  3. Yunus : 3       
  4. As Sajdah : 4            
  5. Al Hadid : 4

Arsy menurut bahasa ialah singgasana yang khusus untuk para raja. Dan sudah menjadi maklum bahwa singgasana khusus untuk raja sangatlah besar dan tidak bisa di kiaskan dengan sesuatu apapun.

Ahlu sunnah wal jama'ah mengimani bahwa Allahl  bersemayam di atas singgasana-Nya yang sesuai dengan keagungan-Nya dan tidak sama dengan bersemayamnya makhluq.

Ulama menafsirkan "Al Istiwa'" menjadi 4 makna, di antaranya ialah :
  1. "Ala"
  2. "Irtifa'"
  3. "Sho'ada"
  4. "Istaqarra"

Dalam ayat tersebut ahli sunnah wal jama'ah menetapkan bahwa Allahl bersemayam di atas singgasana-Nya dan menolak pendapatnya golongan yang mengatakan bahwa arti istiwa' adalah "Istaila" yaitu menguasai. Ini adalah pendapat yang bathil karena menyelisihi dari pemahaman salaf dari para sahabat, tabi'in dan ittiba' tabi'in. ini adalah sebagaimana pemahaman Jahmiyah dan Mu'tazilah.


19. Menetapkan bahwa Allahl memiliki sifat "uluwi" ( ketinggian )
Firman Allahl :
  1. Ali Imron : 55                       
  2. An Nisa' : 158                       
  3. Al Fathir : 10            
  4. Al Ghofir : 36, 37
  5. Al Mulk : 16, 17        

Sifat "Uuwi" ada 2 macam :
1.      Uluwi Ma'nawi. Ini adalah ketetapan dari ahli Qiblat
2.      Uluqi Dzati. Ahli Sunnah menetapkannya sedangkan ahli bid'ah menolaknya (tidak menetapkannya)

Ahli Sunnah menetapkan uluwi dzati sebagaimana dalil – dalil berikut :
1)      Al Qur’an, di antaranya adalah :
a.       Al Baqoroh : 255       
b.      Al A'la : 1       
c.       Al An'am : 18             
d.      An Nahl : 50

2)      As Sunnah
Rasulullah bersabda : والله فوق العرش   dan sabdanya : سبحــان ربي الأعلى
3)      Dalil ijma'
Para ulama salaf dari masa sahabat hingga saat ini menetapkan bahwa Allah Ta'ala bersemayam dengan sifat Dzatiyah-Nya.

Beberapa faedah dari ayat – ayat tersebut :
  1. Apabila seseorang mengetahui bahwa Allahl berada di atas sesuatu, maka dia akan mengetahui betapa besar kekuasaan Allahl terhadap mahluq-Nya dan saat itu dia akan merasa takut serta mengagungkan-Nya dengan menjalankan perintah dan senantiasa menjauhi larangan – larangan-Nya.

Sebagian ulama ada yang membedakan antara "uluwi" dan "istiwa'"
1)      Uluwi dari sifat dzatiyah sedangkan istiwa' dari sifat fi'liyah
2)      Uluwi adalah sifat yang bisa di tetapkan dengan akal dan naql sedangkan sifat istiwa' hanya bisa di tetapkan dengan dalil naql saja.

20. Menetapkan sifat "maiyyah" bagi Allah Ta'ala terhadap mahluq-Nya
Firman Allah Ta'ala :
  1. Al Hadid : 4              
  2. Al Mujadalah : 7      
  3. At Taubah : 40         
  4. Thoha : 46
  5. An Nahl : 128                       
  6. Al Anfal : 46             
  7. Al Baqoroh : 249

Pembagian Ma’iyyah :
Maiyyah Allah terhadap hamba-Nya ada 2 macam :
1)      Umum
2)      Khusus

Maiyyah khusus ada 2 macam :
Pertama       : terkait dengan seseorang. At taubah : 40
Kedua          : terkait dengan sifat. An Nahl : 128

Sedangkan "Ma’iyyah" umum mencakup setiap makhluq, baik yang mukmin atau kafir, yang jelek maupun yang buruk. Al Hadid : 4

Syaikhul Islam Ibnu Taimiyaht berpendapat bahwa makna Ma’iyyah ini secara haqiqi, sesungguhnya Allahl beserta kita secara haqiqi, akan tetapi tidak seperti kebersamaan seseorang dengan temannya yang bisa dan memugkinkan untuk bersama di suatu tempat. Karena Ma’iyyah Allahl itu tetap bagi-Nya sedangkan Dia berada di ketinggian dan Dia beserta kita walaupun Dia berada di ketinggian, di atas singgasana-Nya, berada di atas sesuatu. Dan tidak mungkin Allahl bersama kita dalam semua keadaan yang kita berada dalam tempat tersebut. Oleh karenanya kita katakan bahwa Ma’iyyah hakekatnya adalah benar, akan tetapi tidak seperti pemahaman Jahmiyah yang berpendapat bahwa Allahl beserta manusia di setiap tempat.

Di antara sebagian ulama ada yang menafsiri Ma’iyyah dengan ilmu, tapi ada juga yang menafsiri seperti lazimnya.

Apakah sifat Ma’iyyah bertentangan dengan ‘Uluwi ?
Maiyyah dengan ‘Uluwi tidaklah bertentangan dilihat dari beberapa segi :
Bahwa Allahl mengumpulkan kedua sifat tersebut di dalam sifat yang di sifati oleh diri-Nya sendiri.

Secara pasti sifat ‘Uluwi dan Ma’iyyah tidak bertentangan, sebab bisa jadi sesuatu yang berada di atasmu itu besertamu, sebagaimana kita berjalan di bawah awan atau matahari.

Penjelasan surat At Taubah : 40
Ayat ini menjelaskan bahwa Allahl bersama Abu Bakara dan Rasulullah `  untuk menolong keduanya di kala :
1)      Keluar dari Makkah إذ أخرجه الذين كفروا
2)      Di dalam goa إذ هما فى الغـــــــار
3)      Tatkala orang Musyrik berada di pintu goa إذ يقول لصاحبه لا تحزن


Beberapa faedah :
Beriman dengan keluasan ilmu Allahl, bahwa Dia berada di atas ketinggian dan selalu menyertai mahluq-Nya di setiap keadaan.

Jika kita mengetahui dan beriman dengan sifat tersebut maka seharusnyalah kita selalu mengerjakan atau menjalankan segala perintah-Nya sehingga kita tidak meniadakan / menolak dari perkara yang telah di perintahkan kepada kita satupun serta menjauhi apa yang telah di larang-Nya. Hal ini merupakan buah dari keimanan dengan sifat Ma’iyyah Allah.



21. Menetapkan sifat Kalam bagi Allah Ta'ala
Firman Allahl
  1. An Nisa'         : 78, 122,154  
  1. Al Maidah      : 116               
  2. Al A'rof          : 143, 22
  3. Al An'am        : 115,              
  4. Al Baqoroh    : 258               
  5. Maryam         : 52
  6. As Syu'aro'    : 10



                 
  1. Al Qosos         : 65                 
  2. At Taubah     : 6
  3. Al Baqoroh    : 78                 
  4. Al Fath           : 15                 
  5. Al Kahfi         : 27
  6. An Naml         : 76



Dalam ayat – ayat diatas menjelaskan bahwa al Qur’an adalah termasuk dari kalam Allahl. Dan sesungguhnya kalamulloh adalah benar, tidak ada kebohongan di dalamnya.
·         Golongan Mu'tazilah mengatakan kalau al Qur’an adalah mahluq.
·         Golongan kilabiyah dan asy'ariyah mengatakan bahwa al Qur’an adalah yang terdahulu dan kekal, tidak tergantung dengan keinginan (Masyi'ah) dan qudrah Allahl.
kelompok ini beraqrti telah meniadakan huruf dan suara dari Al Qur’an.

Firman Allahl :
 ١١٦. وَإِذْ قَالَ اللّهُ يَا عِيسَى ابْنَ مَرْيَمَ أَأَنتَ قُلتَ لِلنَّاسِ اتَّخِذُونِي وَأُمِّيَ إِلَـهَيْنِ مِن دُونِ اللّهِ قَالَ سُبْحَانَكَ مَا يَكُونُ لِي أَنْ أَقُولَ مَا لَيْسَ لِي بِحَقٍّ إِن كُنتُ قُلْتُهُ فَقَدْ عَلِمْتَهُ تَعْلَمُ مَا فِي نَفْسِي وَلاَ أَعْلَمُ مَا فِي نَفْسِكَ إِنَّكَ أَنتَ عَلاَّمُ الْغُيُوبِ  (المائدة : 116 )

Jumhur ulama berpendapat bahwa ayat tersebut adalah firman Allah Ta'ala pada hari kiyamat, ini merupakan taubih (celaan) kepada mereka yang menyembah Isa dan Maryam dari golongan Nashrani.

Allah Ta'ala disifati dengan "As Sidqu" dan "Al 'Adlu", As Sidqu didalam pengkhaabaran dan al adil (bijaksana) didalam hukum, oleh karenanya para ahli tafsir menerangkan : bahwa Allahl benar didalam perkataan (pengkhabaran) dan bijaksana didalam hukum.

Perbedaaan antara "Munadah" dan "Munajah"
Kalau "Munadah" adalah seruan untuk sesuatu yang jauh,
sedangkan "Munajah" adalah seruan untuk sesuatu yang dekat.

Dan Allah Ta'ala menyeru dengan munadah dan munajah dan kedua – duanya meruapakan kalamullah. Ayat – ayat diatas menetapkan bahwasannya Allahl berbicara dengan pembicaraan yang haqiqi, kapan saja Dia kehendaki dan bagaimana pun Dia kehendaki dengan suara yang bisa didengar, yang tidak seperti suara para makhluq-Nya.

Aqidah ahlu sunnah wal jama'ah tentang al Qur’an
Al Qur’an merupakan kalamullah yang diturunkan tidak makhluq darinya diawali dan kepadanya berakhir. (At Taubah : 6) berbeda dengan pemahaman golongan mu'tazilah yang mengatakan bahwa al Qur’an itu adalah mahluq. Ini adalah pendapat yang batil karena al Qur’an kalamullah merupakan sifat dari sifat – sifat Allahl sedangkan sifat sang pencipta tidak sama dengan sifat makhluq-Nya. Pendapat tersebut juga mendustakan al Qur’an itu sendiri karena Allahl telah berfirman (at Taubah : 6)

Ringkasnya : Bahwa al Qur’an adalah kalamullah yang diturunkan tidak makhluq dari-Nya diawali dan kepada-Nya berakhir, dan Allahl berbicara dengan hakikat dan tidak kalamnya orang lain, apabila seseorang membaca al Qur’an atau menulisnya didalam mushaf hal itu tidak keluar dari kalamullah, bahwa Allahl sendiri yang berbicara dengan huruf-huruf dan ma'na-ma'nanya tidak kalamnya Jibril atau kalamnya Muhammad  `  atau kalamnya orang lain. (Al Waqi'ah : 78 – 79), (Al Buruj : 21 – 22)

Kauniyah : tidak dikecualikan untuk sesuatu, yaitu tidak mungkin seseorang untuk merubah tanda-tanda Allahl yang besifat kauniyah. Dan apabila Allahl menghendki seseorang untuk mati maka tidak ada seseorang yang bisa untuk merubahnya. Dan apabila Allahl menghendaki seseorang faqir maka tidak ada yang bisa untuk mengganti ketetapan Allahl. ini semua merupakan perkara Allahl yang menceritakan tentang kauniyah. (Yasin : 82).

Faedah – faedah yang bisa diambil dari ayat – ayat tersebut :
Menetapkan kalamullah dan madzhab ahli Sunnah wal Jama'ah dan menetapkan sesuatu yang ditetapkan al Qur’an dan as Sunnah bahwasannya Allahl disifati dengan kalam, dan kalam Allahl termasuk dari sifat – sifat dzatiyah.

Sedangkan sifat fi'liyah yang terjadi dengan Masyi'ah dan Kudrah (kekuasaan)-Nya bahwa Allah Ta'ala berbicara dengan apa yang Dia kehendaki, bagaimana yang Dia kehendaki dan Allahl masih disifati dengan mutakallim karena Allahl masih tetap sempurna sedangkan kalam termasuk dari sifat – sifat kesempurnaan Allah Ta'ala.


22. Menetapkan bahwa Al Qur’an turun dari Allah Ta'ala
Firmna Allahl :
  1. Al An'am  : 155                    
  2. Al Hasr           : 21                 
  3. An Nahl : 101 – 103


Maksud dari kitab adalah yang ditulis (maktub) karena ia ditulis di lauhul mahfudl dan ditulis dalam lemabaran – lembaran disisi Allahl, ditulis di lembaran – lembaran yang ada pada kita.

Sesungghnya al Qur’an adalah barakah, semua macam – macam barakah itu terdapat dalam al Qur’an karena al Qur’an juga mengandung manfa'at – manfa'at dunia dan akhirat.

Al Qur’an adalah petunjuk dan sebagai kabar gembira terhadap orang – orang mukmin karena barang siapa yang beramal dengannya dan menerimanya hal tersebut bisa menunjukkan bahwa orang tersebut dari ahli sa'adah (al lail : 5 – 10) oleh karena itu, hendaknya seseorang senang / bangga apabila melihat dirinya baik dan senantiasa teguh dalam kebaikan serta senang untuk menerima kebaikan karena ini merupakan kabar gembira bagi dirinya, sesunguhnya Rasulullah `  mengabarkan kepada para sahabatnya, beliau bersabda :
"sesungguhnya kalian telah ditulis tempatnya dineraka ataukah disurga. Maka mereka berkata : kalau begitu kita tidak usah beramal dan bertawakkal saja. Maka Rasul `  menjawab : tidak, Tapi beramallah kalian maka setiap perjalanannya itu sesuai dengan apa yang telah tercipta baginya. Kemudian beliau membaca surat al lail : 5 – 10

Hakikat ini ada faedah yang sangat besar yaitu barang siapa yang tidak beriman dengan ayat – ayat Allahl maka Allahl tidak akan memberi hidayah kepadanya. Mafhum muholafahnya adalah barang siapa yang beriman dengannya, maka Allahl akan memberikan hidayah kepadanya.

Beberapa faedah yang bisa di petik dari ayat – ayat diatas :
Jika kita mengetahui bahwasanya Allahl telah berbicara lewat al Qur’an ini maka seharusnya kita mengagungkan dan memuliakan al Qur’an, menjalankan printah – perintahnya, meninggalkan hal – hal yang dilarang dan di haramkannya serta membenarkan apa yang telah dikhabarkannya tentang Allahl dan tentang makhluq – makhluq-Nya yang dahulu ataupun yang akan datang.


23. Menetapkan Bahwa Orang – Orang Mukmin Akan Melihat Rabb Mereka Pada Hari Qiyamat
Firman Allahl :
  1. Al Qiyamah : 22,23  
  2. Al Muthofifin : 35    
  3. Yunus : 26      Qof : 35

Ahlu Sunnah wal Jama'ah menetapkan ayat – ayat tersebut sebagai dalil bahwa orang – orang mukmin akan melihat Wajah Allahl pada hari kiyamat. Mereka juga berhujjah dengan  hadits mutawatir yang mereka nukil dari kebanyakan para sahabat dan para tabi'in.

Maka nash – nash tentang orang – orang mukmin akan melihat wajah Allahl pada hari kiyamat adalah nash "qot'iyatus tsubut" (pasti ketetapannya), karena hal ini bersumber dari kitabullah dan sunnah Rasulullah `  yang mutawatir. akan tetapi melihatnya ahli Jannah tidak seperti melihatnya penduduk dunia, di sana mereka melihat menurut kedudukanya masing-masing, sebagaimana orang yang berada di tingkatan atas melihat orang – orang yang berada di tingkatan bawah. Hal ini agar mereka merasakan kesempurnaan dari kenikmatan yang ada di surga.

Melihat wajah Allahl adalah kenikmatan hati, yang mana penduduk Jannah tidak merasakan suatu kenikmatan yang lebih besar dari pada melihat wajah Allahl. Semoga Allahl memasukkan kita kedalam golongan yang mendapat kenikmatan tersebut, Amiiiin ……. !
Imam Syafi'It menembahkan dalil dari penetapan orang – orang mukmin melihat wajah Allahl pada hari qiyamat, yaitu pada surat al Muthafifin : 15

Beberapa faedah yang bisa di ambil dari ayat – ayat tersebut :
Jika kita mengetahui bahwa orang – orang mukmin akan melihat wajah Allahl di surga, dan mengetahui bahwa tidak ada kenikmatan yang lebih besar selain kenikmatan melihat wajah Allahl, maka ia akan merasa bahwa kehidupan dunia ini tidak sebanding dan akan merasakan betapa murahnya kehidupan ini.


Di dalam kitabullah sudah banyak menjelaskan tentang bab ini, bagi siapa saja yang mentadaburi al Qur’an dan mencari petunjuk darinya maka akan jelaslah jalan menuju kebenaran.

Pembahasan umum sekitar ayat – ayat sifat
Kesimpulan dari ayat – ayat sifat Allahl yang telah di paparkan di atas di antaranya :
  01.      Para ulama salaf sepakat dalam beriman kepada asma' dan sifat – sifat Allahl baik berupa sifat dzatiyah ataupun sifat fi'liyah.
  02.      Nash dari ayat – ayat tersebut menunjukkan, bahwa sifat – sifat Allahl ada dua macam:
1.   Sifat Dzatiyah yaitu sifat – sifat yang telah lazim dan tetap bagi-Nya dan tidak mempunyai keterkaitan dengan masyiah (kehendak) dan qudroh (kuasa) –Nya. Seperti sifat "hayah", "'ilmu", "kuasa", kemulian" dll
2.   Sifat fi'liyah yaitu sifat yang ada  keterkaitannya dengan masyiah (kehendak) dan qudroh (kuasa) –Nya. Seperti sifat "bersemayam", "datang", ridla", "marah" dll.
  03.      Menetapkan keesaan Allah Ta'ala di setiap sifat kesempurnaan, dan tidak ada sekutu bagi-Nya serta tidak ada sesuatu pun yang menyerupai dalam sifat – sifat-Nya.
  04.      Menetapkan sifat – sifat sebagaimana yang telah di tetapkan oleh al Qur’an dam as Sunnah, baik berupa sifat dzatiyah maupun sifat fi'liyah.

Berbeda dengan 2 golongan yang menyelisihinya, yaitu :
  1. Jahmiyah : yang meniadakan semua asma' dan sifat – sifat Allahl
  2. Mu'tazilah : mereka meniadakan semua sifat – sifat Allahl dan hanya menetapkan asma' dan hukum – hukum. Seperti Allah Maha mengetahui tapi tanpa ilmu dsb.

DALIL PENETAPAN ASMA' DAN SIFAT ALLAH DARI AS SUNNAH
PASAL
DALAM SUNNAH RASULULLAH `  

Diantara fungsi as Sunnah adalah menafsirkan al Qur’an, menjelaskannya, menunjukkannya dan menguraikannya. Dan apa yang di sebutkan Rasulullah `  tentang Rabbnya dalam hadits shahih yang dinukil dan diterima oleh ahlul 'ilmi / ma'rifat, maka wajib kita mengimani hadits – hadits ini. Yaitu mengimaninya dengan yakin tanpa ta'thil, tahrif, takyif dan tamtsil. bahkan menetapkannya adalah wajib menurut cara yang sempurna dengan keagungan-Nya.

Sunnah secara bahasa berarti jalan. Sebagaimana sabda beliau : "Sungguh kalian akan mengikuti jalan / jejak dari orang – orang sebelum kalian."

As Sunnah secara istilah ialah perkataan perbuatan dan penetapan Rasulullah ` .  Hal ini mencakup akan wajib dan mustahab.
As Sunnah merupakan sumber yang kedua dari Al Qur’anul Karim. Sebagaimana firman Allah Ta'ala : وأنزل عليك الكتاب والحكمة  , yang di maksud himah dalam ayat tersbut adalah as Sunnah.

Kedudukan As Sunnah bagi al Qur’an adalah :
  1. Sebagai tafsiran bagi hal – hal yang musykil / bermasalah
  2. Menjelaskan hal – hal yang masih global
  3. Sebagai petunjuk hukum
  4. Sebagai pengibaratan dari al Qur’an

Di antara syarat – syarat hadits shohih ialah :
  1. Adalatur ruwat ( para perowinya adil )
  2. Dlobit ( kuat hafalan dan penulisan )
  3. Sanadnya bersambung
  4. Selamat dari cacat
  5. Selamat dari hal – hal yang nyeleneh


Di antara dalil- dalil penetapan Asma' dan Sifat Allah dalam As Sunnah :
  1. Allah turun ke langit dunia setiap malam
Sebagimana sabda beliau :
ينزل ربنا إلى السمـــاء الدنيا حين يبقى ثلث الليل الآخر، فيقول : من يدعونى فأستجيب له، ومن يسألنى فأعطيه، من يستغفرنى فأغفر له. متفق عليه
"Rob kami turun ke langit dunia ketika tinggal sepertiga malam yang akhir dan berfirman : "Barang siapa yang berdo'a kepada-Ku maka akan Aku kabulkan do'anya, barang siapa yang minta akan Aku berikan permintaannya, dan barang siapa yag memohon ampun maka akan Aku ampuni dia" (muttafaq alaih)

Yang di maksud turun (nuzul) dalam hadits di atas adala turunnya Allahl dengan Diri-Nya dan tidak dengan Dzat-Nya. Akan tetapi sebagian ulama ada yang mengatakan bahwa yang turun adalah Dzat-Nya. Ahli sunnah wal jama'ah meyakini bahwa Allahl turun ke langit dunia di sepertiga malam yang terakhir dengan sifat yang haqiqi.
Beberapa faedah dari keterangan hadits di atas :

  1. Menetapkan sifat "uluwi" (ketinggian) bagi Allah, dari sabda beliau : ينزل  (turun).
  2. Menetapkan perbuatan pilihan Allahl yang merupakan sifat fi'liyah-Nya dari sabdanya :
ينزل حين يبقى ثلث الليل الآخر
  1. Menetapkan firman (perkataan) bagi Allahl dari sabda beliau `  : يقول
  2. Menetapkan kemuliaan bagi Allahl, yaitu dari sabda beliau ` :
 من يدعونى ... ومن يسألنى ... ومن يستغفرنى .....


  1. Sifat "Farh" (gembira) Sifat "Dhahak" (tertawa)
Sebagaimana sabda beliau  ` :
الله أشد فرحا بتوبة عبده من أحدكم من راحلته (متفق عليه)
Bahwa Allahl lebih gembira dengan taubatnya seorang hamba-Nya daripada gembiranya seorang di antara kalian yang mendapatkan binatang tunggangannya yang hilang. (HR Bukhori Muslim)


Hadits di atas menjelaskan bahwa Allahl memilili sifat gembira secara haqiqi, akan tetapi gembiranya Allahl tidak sama dengan gembiranya mahluq. Hadits tersebut juga sebagai motivasi bagi seseorang untuk senantiasa bertaubat kepada-Nya setiap kali dia berbuat dosa (Ali Imron : 135)

Sesungguhnya tidak ada di dunia ini yang kegembiraanya sebanding dengan kegembiraan seseorang yang berada di tengah tanah yang tandus dan membinasakan, tiba – tiba onta tunggangannya hilang, dan di atasnya terdapat barang – barang sumber kehidupannya seperti makanan, minuman, dan onta tunggangannya itu sendiri, lalu ia berputus asa dan tinggal menunggu kematiannya,  tiba – tiba unta tunggangannya berada di hadapannya dan di dekat kepalanya, lalu ia mengambil tali kekangnya. Kegembiraan itu hampir saja menguasai dan membinasakannya, karena keterkejutaannya kemudian ia berkata : "Ya Allah… Engkau adalah hambaku dan aku adalah robMu"  Maka Maha Agung Allah Rabb yang Mulia dan Dermawan yang tidak dapat terhitung pujian kepada-Nya, sebagaimana Allah menyanjung atas diri-Nya di atas sanjungan seluruh hambaNya.

Rasulullah juga bersabda :
يضحك الله إلى رجلين يقتل أحدهما الآخر كلاهما يدخل الجنة (أخرجه البخاري ومسلم)
" Bahwa Allah tertawa kepada dua orang yang saling membunuh tapi kemudian keduanya masuk Jannah."  (di keluarkan oleh Bukhori dan Muslim)
Maksud dari hadits tersebut ialah :
Bahwa Allahl tertawa kepada dua orang yang saling membunuh kemudian keduanya di masukkan ke dalam jannah, salah satunya adalah orang kafir dan yang satu muslim, kemudian orang yang kafir tersebut membunuh seorang muslim dan orang muslim ini mati dalam keadaan syahid dan masuk syurga, kemudian Aloh memberi karunia kepada orang kafir tersebut lalu masuk islam, kemudian dia terdunuh dalam keadaan syahid atau mati tanpa di bunuh, lalu dia di masukkan ke Jannah. Maka orang yang di bunuh dan orang yang membunuh akhirnya masuk ke Jannah, oleh karenanya Allah tertawa tatkala melihat keduanya.

Beberapa faedah dari hadits di atas :
1)      Jika seseorang mengetahui bahwa Allah mempunyai sifat tertawa maka ia akan senantiasa mengharapkan kebaikan selalu dari-Nya
2)      Jika seseorang mengetahui akan hal ini, maka ia akan senantiasa berbuat baik karena Rasulullah sendiri selalu riang dan tersenyum.
3)      Sifat "Ajb" (heran) dan Sifat "Dhahak" (tertawa)
Sebagaimana sabda Rasulullah :
عجب ربنا من قنوط عباده وقرب غيره ينظر إليكم أزلين قنطين فيظل يضحك يعلم أن فرجكم قريب
" Allah heran terhadap keputus asaan hamba-Nya, padahal telah dekat perubahan (dari keadaan sulit kepada kemudahan yang dilakukannya) Allah memandang kalian dalam keadaan sempit / sulit, serta putus asa, maka Ia-pun tertawa dan Dia mengetahui bahwa kelapangan untuk kalian telah dekat."

Hadits di atas menetapkan sifat heran bagi Allah Ta'ala
Lahal "Ajb" (heran)di gunakan dalam dua hal :
1)      Pujian yang di berikan untuk si pelaku
2)      Mengungkapkan suatu kebencian maknanya mengingkari dan mencela kepadanya.

Qunut maknanya putus asa terhadap sesuatu
Rasulullah mensifati Allah dengan sifat heran yang di ambil dari sifat kesempurnaan-Nya yaitu tatkala hujan terlambat turun sedangkan hambanya sangat membutuhkannya, sehingga dirinya di kuasai dengan keputus asaan,padahal pengabulan do'a sangatlah dekat, maka Allah heran terhadap perbuatan hambanya tersebut.

Dalam hadits di atas mencakup beberapa sifat Allah, di antaranya ialah :
1)      Sifat heran
2)      Menjelaskan akan kekuasaan-Nya
3)      Menetapkan bahwa Allah Maha Melihat
4)      Menetapkan bahwa Allah Maha Mengetahui
5)      Menetapkan bahwa Allah Maha Pengasih

Beberapa faedah :
Jika seseorang mengetahui bahwa putus asa dari rahmat Allah termasuk dari dosa besar maka mereka akan menjauhi hal tersebut. Sebagaimana firman Allah Al Hijr : 56 dan Yusuf : 78
4)      Menetapkan sifat Kaki bagi Allah
Sabda Rasulullah :
لا تزال جهنم يلقى فيها وهي تقول : هل من مزيد ؟ يضع رب العزة فيها رجله. وفى رواية (عليها قدمه) فينزوي بعضها إلى بعض وتقول قط قط.
Neraka Jahannam masih saja di isi (dengan penghuninya) maka ia (Neraka) senantiasa mengatakan : masih adakah tambahan ? sehingga Robbul Izzah meletakkan kaki-Nya di atasnya, maka sebagiannya merapat kepada sebagian yang lainya, lalu ia (Neraka) berkata : cukup … cukup …! (Muttafaq 'Alaihi).

5 – Penetapan Panggilan Suara dan Kalam ( ucapan ) Allah SWT.
      Rasulullah SAWRasulullah SAW bersabda :
يقول الله تعالى: ياأدم و فيقول : لبيك وسعديك ، فيناد بصوت ، إن الله يأمرك أناخرج من ذريتك بعثاإلى النار ( متفق عليه ).وفي الحديث الأخر، فال : يارب ! ومابعث النار ؟ قال : من كل ألف تسعمائة وتسعة وتسعين.
" Allah berfirman pada hari kiamat kepada Adam: Ya Adam ! Adampun menjawab labbaika wa sa'daika ( saya penuhi panggilanMu Ya Allah ) Kemudian Allah menyeru dengan suara yang keras, sesungghnya Allah menyuruh kamu untuk mengeluarkan dari anak keturunanmu satu utusan ke neraka ( Muttafaq alaih ) dalam hadits yang lain di sebutkan: Adam berkata Wahai Tuhanku ! berapakah yang akan saya keluarkan dari neraka ? Allah berfirman: dari tiap-tiap seribu sembilan ratus sembilan puluh sembilan. Dalam hadits ini di jalaskan bahwa Allah SWT berbicara, bersuara dan memanggil.
مامنكم من أحد إلاسيكلمه ربه ليس بينه وبينه ترجمان
 " Tida ada seorang pun dari kalian ( pada hari kiamat ) melainkan akan di ajak bicara oleh rabnya tanpa turjuman ( penerjemah antara dia dengan rabnya)".
  
6 – Penetapan Ketinggian Allah di atas Makhluq Nya dan Istiwa'Nya di atas Arsy Nya.
        Do'a Rasulullah SAW ketika beliau meruqyah orang yang sakit:
ربناالله الذي في السماء، تقدس اسمك، أمرك في السماء ولأرض، كمارحمتك في السماء، اجعل رحمتك في لأرض، اغفر لناحوبناوخطايانا، أنت رب الطيبين، أنزل رحمة من رحمتك، وشفاء من شفائك على هذاالجع فيبرأ ( حديث حسن: رواه أبوداود وغيره )
 " Wahai Tuhan kami yang ada di langit, Maha Suci namaMu, urusan ( perintah ) Mu di langit dan di bumi, sebagaimana rahmat Mu di langit, jadikanlah rahmat Mu di bumi, ampunilah dosa-dosa dan kesalahan kami. Engkau adalah Rabnya orang yang Thayyibin ( orang-orang yang baik ) turunkanlah rahmat dari rahma-rahmat Mu, penyembuhan dari penyembuhanMu atas penyakit ini, sehingga dia sembuh  ( HR; Abu Daud dan yang lainnya ).
Sabda Rasululllah SAW :
ألاتأمنوني وأناأمين من في السماء  ( حديث صحيح )
" Apakah kalian tidak mempercayaiku, sedangkan aku di percaya oleh Allah yang ada di langit  ( Hadits ini shahih ).
Sabda Rasulullah SAW :
والعرش فوق الماء، والله فوق العرش، وهو يعلم ماأنتم عليه ( حد يث حسن رواه أبو داود وغيره )
"Arsy itu di atas air dan Allah SWT berada di atas arsy dan Allah mengetahui apa yang kalian kerjakan  ( Hadits hasan riwayat Abu Daud dan lainnya ).

Pertanyaan Rasulullah SAW kepada seorang budak :
أين الله ؟ قالت : في السماء، قال : من أنا ؟ قالت : أنت رسول الله ، قال : أعطقها، فإنها مؤمنة ( رواه مسلم )
"Di manakah Allah ? Ia menjawab, " Allah itu di langit ".kemudian beliau berkata, Siapa aku? Ia menjawab engkau Rasulullah, maka Rasulullah SAW bersabda, merdekakanlah dia karena sesungguhnya dia seorang yang mu'minah (HR; Muslim)
     Semua yat di atas sebagai dalil Atas keberadaan Allah SWT di langit .

7 – Kebersama'an Allah Bersama Makhluq Nya dan ini Tidak Menafikan Ketinggian Nya di atas Arsy Nya.
أفضل الإيمان أن تعلم أن الله معك حيثما كنت ( حديث حسن )
" Seutama-utama iman adalah engkau mengetahui bahwasanya Allalh bersama kamu di mana saja kamu berada ( Hadits hasan ).
إذا قام أحدكم إلى الصلاة فلا يبصقن قبل وجهه، ولا عن يمينه، فإن الله قبل وجهه، ولكن عن يساره أو تحت قدمه ( متفق عليه )
" Jika salah seorang di antara kamu berdiri untuk shalat, maka janganlah ia meludah di hadapannya, karena sesungguhnya Allah SWT berada di hadapannya, dan jangan pula kesebelah kanannya, tapi hendaklah kesebelah kirinya, atau ke bawah kakinya  ( Muttafaq alaih ).
اللهم رب السما وات  السبع والأرض ، ورب العرش العظيم، ربنا ورب كل شيئ، فالق الحب والنوى ، منزل التوراة والإنجيل و القران ، أعوذ بك من شر نفسي ، ومن شر كل دابة ، أنت أخذ بناصيتها ، أنت الأول فليس قبلك شيئ ، وأنت الأخر فليس بعدك شيئ ، وأنت الظاهر فليس فوك شيئ ، وأنت الباطن فليس دونك شيئ ، اقض عني الد ين وغنني من الفقر ( مسلم )
     Dalam hadits ini terdapat beberapa asma' dan difat Allah SWT, diantara asma'Nya, Al Awwal, Al Akhir, Adh Dhahir, Al Bathin, dari sifatNya Al Awwaliyah, Al Akhiriyah, mengandung arti meliputi waktu, Adh Dhahiriyah dan Al Bathiniyah mengandung arti meliputi tempat, Al Uluw ; keumuman rububiyahNya dan kesempurnaan kekuasaanNya, kesempurnaan rahmat dan hikmahNya, dengan menurunkan kitab-kitab kepada hambaNya.
       Sabda Rasulullah SAW :
أيهاالناس أربعوا على أنفسكم فإنكم لاتدعون أصم ولا غائبا إنما تدعون سميعا بصيرا قريبا، إن الذي تدعونه أقرب إلى أحدكم من عنق راحلته ( متفق عليه )
" Hai manusia rendahkanlah suara kalian karena kalian tidak berdo'a kepada yang tuli, dan bukan pula ghaib ( tidak ada ). Tapi sesungguhnya kalian kepada yang Maha mendengar, Maha Melihat, dan dekat. Sesungguhnya Dia lebih dekat kepada salah seorang dari kalian daripada leher hewan tunggangannya. ( Muttafaq alaih ).
      Dalam hadits ini juga Rasulullah SAW menjelaskan bahwa Allah SWT itu dekat kepada hambaNya.  
8 – Penetapan bahwa Orang-orang beriman Melihat Allah SWT pada Hari Qiamat.
      Sabda Rasulullah SAW :
إنكم سترون ربكم كما ترون القمر ليلة اليد ر، لاتضامون في رؤيته فإن استطعتم أن لا تغلبوا على صلاة قبل طلوع الشمس و صلاة قبل غروبهافا فعلوا ( متفق عليه )
" Sesungguhnya kalian akan melihat Rabb kalian, sebagaiman kalian melihat bulan pada malam bulam bulan purnama, kalian tidak di halangi oleh awan ( tidak berdesak-desakan ) ketika kelihat Nya. Dan jika kalian sanggup untuk tidak di kalahkan ( oleh syethan ) untuk melaksanakan shalat sebelum matahari terbit ( shalat shubuh ) dan sebelum terbenamnya ( shalat ashar ) . Maka hendaklah kalian lakukan (  kerjakan )  ( Muttadaq alaih ).
     Nash-nash tentang masalah ini adalah mutawatir, yaitu tentang melihat Allah SWT di surga bagi penghuni surga dan mereka akan bersenang-senang melihat Allah, dan ini menunjukkan atas dua hal, yaitu :
1 – Bahwa Allah itu berada di atas makhluqNya, karena ini bukti jelas bahwa mereka melihat Allah SWT, dan Allah itu berada di atas mereka.
2 – Bahwa ni'mat Allah yang paling besar yang di berikan kepada ahlul jannah, yaitu ni'mat melihat wajah Alllah yang Maha mulia.
     Dan Rasulullah SAW dalam hadits ini menganjurkan untuk menjaga shalat Ashar dan Shubuh secara khusus;, di dalamnya ada isyarat bahwa orang yang menjaga kedua shalat ini, ia akan mendapatkan keni'matan yang sempurna, yaitu melihat wajah Allah SWT yang sempurna, dan ini menunjukkan bahwa dua shalat ini sangat di tekankanuntuk di kerjakan.

Kedudukan Ahlussunnah Terhadap Sifat-sifat Allah yang terdapat dalam Hadits-hadits nabi SAW.

    Ahlussunnah mengimani sifat-sifat Allah swt yang terdapat dalam hadits-hadits Rasul, sebagaimana yang terdapat dalam Al qur'an.

Ahlussunnah di antara Firqah-dirqah yang ada.

    Ahlussunnah memiliki sifat wasathiyah ( pertengahan ).
    1 – Pertengahan dalam sifat-sifat Allah SWT.
    2 – Pertengahan dalam hak-hak para nabi.
    3 – Pertengahan dalam ibadah.
    4 – Pertengahan dalam halal dan haram.
    5 – Pertengahan dalam kisah-kisah.

Ahlussunnah bersifat pertengahan antara Qadariyah dan jabariyah dalam perbuatan-perbuatan Allah SWT.

    Pembagian manusia dalam masAllah taqdir Allah SWT .
  1. Al Jabariyah ; Mereka mengatakan bahwa semua tingkah laku yang di lakukan manusia adAllah kehendak Allah SWT dan manusia tidak punya ikhtiyar sama sekali.
  2. Al Qadariyah ; Mereka mengatakan bahwa Allah SWT tidak punya hubungan dengan tingkah laku manusia, karena semua itu kehendak manusia itu sendiri..
  3. Ahlussunnah ; Mereka mengatakan sesungguhnya perbuatan hamba adAllah kehendak dari Allah SWT, tapi manusia mempunyai ikhtiyar ( pilihan ) oleh karena itu mereka membedakan perbuatan yang di luar kemampuan manusia dengan perbuatan yang timbul dari manusia itu sendiri.

Sikap Ahlussunnah bertentangan dengan Murji'ah dan Wa'idiyah.

  1. Murji'ah; Di namakan Murji'ah karena mereka mengakhirkan amalan dari penama'an iman, jadi menurut mereka iman itu hanya pengakuan dengan hati, dan orang yang melakukan perbuatan dosa besar tidak berhak masuk neraka, baik yang sifatnya sementara atau lama.
  2. Al Wadi'iyah; yaitu Qadariyah, Khawarij, Mu'tazilah, mereka mengatakan bahwa pelaku dosa besar yang mati sebelum nertaubat maka dia kekal dalam neraka.
  3. Ahlussunnah mengatakan bahwa Pelaku dosa besar berhak mendapat adzab tapi tidak kekal.

Sikap Ahlussunnah di antara Haruriyah dan Mu'tazilah, dan antara Murji'ah dan Jahmiyah dalam masalah nama-nama  iman dan din

  1. Haruriyah adalah Khawarij, dinamakan demikian kerena di nisbatkan kepada Haruriy yaitu sebuah desa yang berda di kota Iraq.
2        Mu'tazilah adalah pengikut Washil bin Atha' yang mereka beruzlah ( meninggalkan ) majlis Hasan Al Bashri, disebabkan perselisihan yang terjadi antara mereka dengan Hasan Al Bashri, kemudian Hasan Al Bashri mengatakan: Mereka telah beruzlah meninggalkan kita, maka mereka menamakannya Mu'tazilah.

     Haruriyah dan Mu'tazilah berpendapat : pelaku dosa besar keluar dari keimanan, darah dan hartanya halal dan dia telah kafir. Dan dia diantara dua kedudukan antara islam dan kafir.

      Murji'ah dan Jahmiyah mengatakan : Kema'siatannya tidak berpengaruh terhadap keimanannya.

      Ahlussunnah sikap tengah-tengah mereka mengatakan : Pelaku dosa besar tidak keluar dari keimanan, tapi dia di bawah kehendak Allah SWT, bisa jadi dia di ma'afkan dan bisa jadi di adzab sesuaidengan dosanya .

Sikap Ahlussunnah di antara Khawarij dan Rawafidz dalam masalah shahabat

            Rafidhah, yang sekarang di sebut dengan Syi'ah, dinamakan Rafidhah karena mereka membantah / menolak Zaid bin Husain bin Ali , yang sekarang kelompok azzaidiyah menisbatkan diri mereka kepadanya, yaitu ketika mereka bertanya kepadanya: Bagaimana pendapat kamu tentang Abu dan Umar ? mereka menginginkan Hasan mencela keduanya, tapi beliau mengatakan : Mereka berdua adalah sebaik-baik mentri kake'ku, yang dia maksud adalah Rasulullah SAW, kemudian beliau memuji keduanya, maka mereka marah dan meninggalkan Zaid. Inilah yang menyebabkan mereka di namakan Rafidhah. Rafidhah mempunyai keyakinan bahwa kedudukan imamah menurut mereka mempunyai kedudukan yang lebih mulia daripada kedudukan kenabian, karena imam itu langsung mendapat wahyu / ilham langsung dari Allah SWT tampa perantara, sementara para nabi dengan perantara malaikat Jibril.

            Adapun pendapat mereka mengenai para sahabat, mereka katakan bahwa semua sahabat kafir dan murtad setelah kematian Rasululllah SAW sampai Abu Bakar dan Umar, kecuali Ahlul bait dan sekelompok kecil yang mereka anggap sebagai wali-wali ahlul bait. Dan mereka mengkafirkan Ali dan Mu'awiyah dan mengkafirkan semua orang yang tidak mengikuti jalan mereka dan mereka juga menghalalkan darah kaum muslimin. Rasulullah mensifati mereka dalam sabdanya :
يمرقون من الدين كمايمرق السهم من الرمية
" Mereka keluar ( murtad ) sebagaimana keluarnya anak panah dari busurnya "
            Adapun Syi'ah mereka terlalu guluw terhadap ahlul bait sampai ada di antara mereka yang mengaku keuluhiyaan ( hak ketuhanan ) Ali dan di antara mereka ada yang mengatakan nahwa Ali lebih berhak memegang kenabian daripada Rasulullah SAW.

            Adapun ahlussunnah tengah-tengah, mereka berwala' kepada semua sahabat dan tidak berlebih- lebihan dan mengakui keutamaan sahabat bahwa mereka sebaik-baik umat setelah Rasulullah SAW.

Kewajiban beriman kepada istiwa' Allah di atas Arsy Nya dan ketinggian Nya di atas makhluq Nya serta kebersamaan Nya bersama makhluq Nya bahwa itu tidak menafikan keduanya

     Penulis mengkhususkan dalam bab ini sifat istiwa' di atas Arsy Nya dan ma'iyah-Nya bersama makhluq-Nya, sebagai peringatan dan menghilangkan kemusykilan (kerancauan) adanya peniadaan di antara keduanya, karena ada kelompok yang memahami; bagaimana Allah berada di atas makhluq-Nya dan beristiwa' di atas arsy-Nya padahal Dia juga dekat dengan hamba-Nya tanpa adanya percampuran .

     Jawaban terhadap syubhat ini :
Pertama : Sesungguhnya hal ini tidak satu keharusan dalam bahasa arab, karena   kalimat ( مع  ) di dalam bahasa mempunyai ma'na kebersamaan secara muthlaq, tidak mengharuskan bercampur.
Kedua     : menyelisihi Ijma' para salaf.
Ketiga     : Menyelisihi fithrah yang telah di tetapkan oleh Allah SWT, karena bulan saja yang merupakan salah satu makhluq Allah SWT, bisa bersama kita di mana saja kita berada, kalau pada bulan saja bisa terjadi lebih-lebih bagi Allah SWT sebagai pencipta alam semesta yang selalu mengawasi dan memperhatiakan gerak geri kita.
Keempat : Sesungguhnya ini menyelisihi apa yang di beritakan oleh Allah SWT dalam al qur'an dan apa yang di bertakan oleh Rasulullah dalam haditsnya bahwa Allah itu berada di langit.

Kewajiaban mengimani ketinggian dan kebersamaan Allah SWT serta ma'na keberadaan Nya di langit dan dalil-dalilnya

            Pembahasan ini sebagai ta'kid dari pembahasan sebelumnya, di sini di ulangi karena begitu pentingnya bab ini, kemudian penulis menjelaskan, bahwa keberadaan Allah di atas arsy-Nya adalah haqiqi bukan majazi, sehingga tidak perlu di bahas, dan ini wajib kita imani sebagaimana yang di beritakan oleh Allah dan Rasul-Nya dalam al qur'am dan assunnah, dan ini perlu kita jaga dari perasangka-persangka yang dusta, seperti sangkaan bahwa dhahirnya ayat tersebut adalah; bahwa langit membawa-Nya atau melindungi-Nya, ini adalah pendapat bathil menurut pendapat ahlul ilmi wal iman .

            Padahal kursi Allah meliputi langit dan bumi, bagaiman mungkin langit membawa-Nya atau menaungi-Nya, kursi adalah makhluq Allah yang lebih besar daripada langit dan bumi dan arsy-Nya Allah  lebih besar daripada kursi-Nya.

Wajibnya beriman kepada kedekatan Allah pada hamba Nya dan itu tidak menafikan ketinggian Allah SWT

            Setelah penulis menjelaskan wajibnya beriman kepada ketinggian Allah SWT di atas makhluq-Nya dan istiwa'-Nya di atas arsy-Nya, kemudian penulis menyebutkan dalam pembahasan ini, wajibnya mengimani kedekatan Allah pada makhluq-Nya, dan Dia mengabulkan do'a, dalilnya Al Baqarah : 186
  "Dan apabila hamba-hamba-Ku bertanya kepadamu tentang Aku, maka
(jawablah), bahwasanya Aku adalah dekat. Aku mengabulkan permohonan
orang yang berdo'a apabila ia memohon kepada-Ku ".

Ulama membagi kedekatan Allah pada dua bagian :
  1. Kedekatan umum, ini ma'nanya meliputi.
  2. Kedekatan khusus, ini ma'nanya mengabulkan do'a.
    
Tapi ada yang mengatakan bahwa kedekatan Allah itu hanya khusus tidak ada yang umum, mereka berdalil dengan firman Allah SWT yang terdapat dalam surat al baqarah ayat 186 di atas, dan juga hadits Easulullah SAW : 
إن الذي تدعونه أقرب إلى أحدكم من عنق راحلته
" Sesungguhnya yang kalian berdo'a kepadaNya itu lebih dekat kepada salah seorang di antara kamu daripada tali binatang tunggangannya ".
    
Sebab turunnya ayat 186 yang terdapat dalam surat al baqarah di atas adalah, bahwa ada seorang yang bertanya kepada Rasulullah SAW, wahai Rasulullah apakah rabb kita itu dekat sehingga kita berdo'a dengan kecil atau jauh sehingga kita berdo'a dengan suara yang tinggi ? maka turunkah ayat ini yang merupakan jawaban atas pertanyaan tersebut. Ayat dan hadits ini sebagai dalil kedekatan Allah SWT kepada hambaNya.

Wajibnya mengimani bahwa Al qur'an adalah kalamullah
   
     Dalilnya :
"Dan jika seorang diantara orang-orang musyrikin itu meminta
perlindungan kepadamu, maka lindungilah ia supaya ia sempat mendengar
firman Allah, ( At Taubah : 6 )". Dalam ayat ini jelas bahwa al qur'an adalah kalamullah bukan makhluq, dan penisbatan di sini adalah penisbatan sifat kepada yang di sifati, jadi kalam adalah salah satu sifat Allah SWT, dan sifat  Allah bukan makhluq, dan tidak boleh kita mengatakan bahwa al qur'an itu adalah ungkapan atau cerita-cerita secara muthlaq.

Kewajiaban mengimani bahwa orang-orang beriman akan melihat Rabb mereka ( Allah ) pada hari kiamat

     Mengimani hal ini termasuk mengimani Allah, Kitab-kitab-Nya, Malaikat-malikat-Nya, dan Rasul-rasul-Nya, dan orang beriman akan melihat Allah dengan mata mereka sendiri. Orang-orang beriman akan melihat Allah SWT sebelum masuk ke dalam surga yaitu di padang mahsyar, dan setelah masuk ke dalam surga.
     Pembagian manusia di padang mahsyar kepada tiga bagian :
1.     Mu'min thahir dan bathin, mereka akan melihat Allah sebelum masuk ke surga di padang mahsyar, dan setelah masuk surga.
2.     Kafir thahir dan bathin, mereka tidak bisa melihat Allah SWT ( terhalang ) sekalipun ada yang mengatakan bahwa mereka akan melihat-Nya di padang mahsyar, tapi thahirnya ayat di atas menunjukkan, bahwa mereka terhalang untuk melihat Allah SWT.
3       Munafiq, mereka hanya melihat Allah di arshat ( padang mahsyar ).

Perkara yang termasuk dalam katagori beriman kepada hari akhir

1 -  Apa yang terjadi dalam kubur.

            Termasuk beriman kepada hari akhir, adalah mengimani apa-apa yang di beritakan oleh Rasulullah tentang perkara yang akan terjadi setelaj kematian. Beriam kepada hari akhir adalah wajib, karena orang yang tidak beriman kepada hari akhir pasti tidak akan beriman kepada Allah SWT, dan tidak akan beramal karena orang yang beramal menginginkan kemuliyaan pada hari kiamat.
    
Di namakan hari akhir, karena sudah tidak ada lagi hari akhir dan inilah marhalah yang terakhir yang di lalui manusia, karena manusia memiliki lima marhalah :
  1. Marhalah tidak ada ( adam ) yaitu sebelum penciptaannya. Dalilnya ; Al Insan :1.
  2. Marhalah dalam rahim ( kandungan ). Dalilnya ; Azzumar : 6.
  3. Marhalah dunia. Dalilnya ; An Nahl : 78.
  4. Marhalah alam barzakh..Dalilnya ; Al Mu'minun : 100.
  5. Marhalah akhir ( hari akhir ). Al Mu'minun : 15-16.

            Ahlussunnah mengimani adanya fitnah kubur yang akan di alami oleh orang yang telah meninggal dunia, yaitu pertanyaan tentang rabb, rasul, dan agama, sebagaiman firaman Allah dalam surat Ibrahim : 27,
"Allah  meneguhkan (iman)  orang-orang yang beriman dengan ucapan yang teguh itu dalam kehidupan di dunia dan diakhirat; dan Allah menyesatkan orang-orang yang zalim dan memperbuat apa yang Dia kehendaki." Dan begitu juga adzab kubur dan ni'mat kubur, firman Allah dalam surat gafir ayat 46, yang mengisahkan tentang pengikut Fir'aun."Kepada mereka dinampakkan neraka pada pagi dan petang dan pada hari terjadinya Kiamat. (Dikatakan kepada malaikat):"Masukkanlah Fir'aun dan kaumnya ke dalam azab yang sangat keras".
     
Pembagian manusia dalam fitnah kubur:
  1. Para nabi, mereka terbebas dari fitnah kubur dan tidak di tanya di sebabkan dua hal
·         Karena para nabi lebih mulia daripada para syuhada' padahal para syuhada' terbebas dari fitnah kubur, sebagaimana sabda Rasulullah SAW:
كفى ببارقة السيوف على رأسه فتنة ( النسائي )
" Cukuplah kilatan pedang yang ada di atas kepala mereka sebagai fitnah bagi mereka ( An Nasa'i )".
·         Karena seluruh mayyit akan di tanya tentang nabi-nabi mereka, oleh karena iotu Rasulullah SAW bersabda :
إنه أوحي إلي أنكم تفتنون في قيو ركم
           " Sesunguhnya telah di wahyukan kepada saya bahwa sesungguhnya kalian akan mendapat fitanah ( ditanya ) di dalam kubur kalian". Khitab ( lawan bicara ) dalam hadits ini di tujukan kepada umat-umat para nabi, tidak mungkin para nabi termasuk dalam kata gori umat.

  1. Orang-orang shiddiqin, mereka terbebas dari fitnah ( pertanyaan ) kubur, karena kedudukan mereka lebih tinggi daripda para syuhada', kalau saja para syuhada' terbebas dari fitnah kubur, lebih-lebih para shiddiqin, karena pertanyaan tersebut hanya di tujukan kepada orang-orang yang masih di ragukan keimanannya, adapun para siddiqin maka tidak perlu untuk di tannya, berdasarkan keumuman dalil.

  1. Para syuhada' ( orang yang terbunuh di jalan Allah SWT ), merekapun terbebas dari fitnah kubur, karena amalan yang mereka lakukan ( jihad ) sudah menunjukkan kejujuran mereka, sebagaimana hadits Rasulullah SAW tadi.

  1. Al murabithun ( orang-orang yang jaga di perbatasan ), mereka juga terbebas dari fitnah kubur, sebagaimana yang telah di sabdakan oleh Rasulullah dalam shahih Muslim :
رباط يوم وليلة خير من صيام شهر وقيا مه ، وإن مات جرى عليه عمله الذي كان يعمله ، وأجري عليه رزقه وأمن الفتان
"Ribath sehari semalam di jalan Allah SWT, lebih baik dari puasa dan shalat malam selama sebulan penuh, kalau dia ( murabith ) meninggal dunia, maka akan di alirkan kepadanya pahala amalan yang telah ia kerjakan, dan begitu pula rezekinya, dan akan di bebaskan dari fitnah kubur "

  1. Anak-anak kecil ( janin ) yang telah meninggal dunia, di sini ada beberapa pendapat:
·         Sebagian ulama mengatakan : Mereka terkena fitnah kubur karena keumuman dalil di atas, dan jika beban mereka di dunia jatuh ( gugur ), maka hal itu tidak mengharuskan jatuhnya taklif ( beban ) mereka ketika mereka meninggal dunia.
·         Sebagian ulama lagi berpendapat : mereka tidak terkena fitnah kubur karena mereka tidak mukallaf, kalau demikian maka mereka tidak di hisab, karena hal itu berlaku kepada orang yang mukallaf.

  1. Orang mu'min dan munafiq secara umum, mereka kena fitnah kubur, adapun orang kafir, disini ada ikhtilaf, tapi pendapat yang rajih menurut Ibnul Qayyim bahwa mereka kena fitnah kubur dan begitu juga umat-umat yang terdahulu, inilah pendapat yang shahih.

            Penamaan mungkar dan nakir, ada sebagian ulama yang mengingkari kedua nama ini, mereka mengatakan bagaimana mungkin Allah menamai malaikat dengan kedua nama ini, padahal Allah SWT mensifati para mereka dengan sifat terpuji, dan mereka mendha'ifkan hadits yang berkenaan dengan kedua nama ini. Di sini di jawab oleh sebagian ulama, bahwa penamaan tersebut karena mereka tidak di kenal ole mayyit ( orang yang meninggal dunia ).

            Apakah malaikat Mungkar dan Nakir malaikat baru, atau malaikat yang menemani manusia di saat hidupnya, yang ada di sebelah kanan dan kiri, untuk mencatat amalan mereka ?. Pertama : Ada yang mengatakan bahwa kedua malaikat tersebut adalah malaiakt yang mencatat amalan mereka di dunia, dan ketika mereka meninggal dunia kedua malaikta tersebut akan menanyakan tiga pertanyaan di atas. Kedua : Ada yang mengatakan bahwa malaikat tersebut adalah malaikat lain, karena jumlah malaikat itu tidak ada yang mengetahui kecuali Allah SWT. Yang terpenting tidak ada kesulitan bagi Allah untuk menciptakan dua malaikat baru bagi setiap orang yang meninggal dunia, karena Allah Maha Kuasa atas segala sesuatu.

            Setiap orang akan di tanya tiga pertanyaan, yaitu tentang rabb, din ( agama ) dan nabi.Bagi mereka yang mu'min akan di beri keteguhan oleh Allah SWT, sehingga mereka mampu untuk menjawabnya dengan benar dan mudah. Adapun mereka yang ragu-ragu maka mereka akan mengatakan : Saya tidak tahu, saya hanya mendengar orang-orang mengatakan sesuatu kemudian saya ikut mengatakannya, karena mereka tidak beriman dengan apa yang di bawa oleh rasul, sehingga mereka tidak bisa menjawabnya,padahal mereka orang yang paling pandai san fasih di dunia, sebagaiman firman Allah SWT yang artinya :" Dan Allah menyesatkan orang-orang kafir " mereka ini mencakup kafir dan menafiq.

     Kemudian mereka di pukul dengan palu besar yng terbuat dari besi, sehingga dia berteriak yang teriakannya itu di dengar oleh seluruh makhluq kecuali manusia, ini karena beberapa hikmah :
  • Berkat perkataan nabi SAW, dimana beliau bersabda :
ولولا أن تدا فنوا ادعوت الله أن يسمعكم من عذاب القبر
" Kalau seandainya kalian tidak saling menguburkan tentu aku aka meminta kepada Alla supaya di perdengarkan kepada kalian adzab kubur "
  • Sebagai hijab ( penutup ) bagi – kejelekan-kejelekan- mayit.
  • Untuk menenangkan keluarga mayit, karena kalau mereka mendengar nya tentu mereka akan gelisah dan mengalami kesedihan.
  • Supaya keluarga mayit tersebut yang masih hidup tidak malu.
  • Supaya manusia tidak pingsan ketika mendengar suara tersebut karena saking kerasnya suaranya.
  • Kalau manusia mendengarnya, tentu itu termasuk dalam katagori neriman kepada perkara-perkara yang nampak, bukan beriman kepada yang gha'ib padahal adzab kubur adalah perkara yang gha'ib.
Dalam riwayat bukhari di sebutkan bahwa jin dan manusia tidak mendengar suara tersebut. Jadi di dalam kubur ada keni'matan dan adzab.

     Apakah adzab kubur di rasakan oleh badan atau ruh saja ?
Menurut ahlussunnah, pada aslinya ruh yang merasakan adapun badan ikut merasakannya, sebagaimana di dunia yang merasakan adzab pada aslinya adalah badan tapi ruh juga ikut dalam merasakannya.

Dalil-dalil ni'mat dan adzab kubur :
·         Al Qur'an, Al Waqi'ah: 83-94. An Nahl : 32.
·         Hadits, Dalam shahihain di sebutkan, bahwa Rasulullah SAW, melewati dua kuburan, kemudian Rasulullah bersabda :
إنهما يعذ بان ، وما يعذ بان في كبير
" Sesungguhnya keduanya di adzab bukan karena dosa besar "
·         Ijma' Semua orang islam berdo'a dalam shalatnya :
أعوذ بالله من عذاب جهنم ومن عذاب القبر
" Aku berlindung kepada Allah dari adzab neraka dan adzab kubur "

Seandainya adzab kubur itu bukan perkara yang ada, tentu orang islam tidak akan berdo'a demikian. Adzab kubur ada dua :
·         Adzab kubur yang tidak berhenti sampai datangnya hari kiamat, yaitu adzab bagi orang kafir, ( Ghafir : 46 ).
·         Adzab kubur yang sementara ( tidak kekal ), yaitu adzabnya sebagian ahli ma'siat dari kalangan kaum muslimin, mereka di adzab sesuai dengan dosa mereka, kemudian di hentikan, pemberhentian ini bisa terjadi karena beberapa sebab; do'a, shadaqah, dan istigfar.
2 – Kiamat Qubra ( besar ).
      Kiamat ada dua; Kiamat kecil ( kematian ) dan Kiamat qubra ( hari akhir ), di namakan kiamat, karena manusia pada sa'at itu berdiri dan bangkit dari kuburnya menghadap Allah SWT.
Tahapan-tahapan ( marahil ) yang akan di tempuh manusia pada hari kiamat:
·         Pengembalian ruh ke dalam jasad masing-masing.
      Ini terjadi setelah tiupan yang kedua, dan ini bukan pengembalian yang terjadi dalam kubur, karena Allah menyuruh Israfil untuk meniup terompet yang pertama, sehingga pingsanlah semua yang di langit dan di bumi, kecuali siapa yang di kehendaki Allah SWT, kemudian di tiuplah terompet yang ke dua, maka seluruh ruh beterbangan de dalam jasadnya.
      Dalil-dalilnya; QS : Al Mu'minun : 15, dan Ar Rum : 27 . kemudian dalam sunnah banyak sekali, di antaranya : Rasulullah SAW bersabda ketika menjelaskan perkara ini :
أن الناس يحشرون فيها حفاة عراة غرلا
" Sesungguhnya manusia akan di kumpulkan pada hari kiamat dalam keadaan tanpa alas kaki, telanjang, dan tidak berkhitan, ( sebagaimana ketika manusia itu lahir )".
      Dalil-dalil kiamat qubra :
·         Al Qur'an : Al Haj: 1-2. Al Haqqah: 1-3. Al Qari'ah: 1-5.
·         Sunnah : Sangat banyak sekali, yng telah di jelaskan oleh Rasulullah SAW, sebagaimana akan terdapat nanti dalam pembahasan Shirath, Haudh.
·         Ijma' : Kaum muslimin telah sepakat akan datangnya jari kiamat, siapa yang mengingkari hal itu dia telah kafir, kecuali orang yang masih jahil (tidak tahu ) maka dia harus di berirahu, setelah di beritahu tapi masih ingkar, maka dia juga dafir sebagaimana yang pertama.

Perkara yang terjadi ketika kiamat
·         Di dekatkan matahari diatas kepala manusia, sehingga jaraknya mencapai satu atau dua mil, sebagaiman hadits Rasululllah yang bersumber dari Miqdad dia berkata: Saya mendengar Rasulullah SAW bersabda:
إذا كان يوم القيامة أد نيت الشمس من العباد حتى تكون قدر ميل أو ميلين
" Ketika hari kiamat tiba, maka matahari di dekatkan di atas kepala manusia, sampai jaraknya dengan kepala satu mil atau dua mil ". ( HR, Muslim )
·         Tenggelamnya manusia dengan keringat ( sesuai dengan amalan masing-masing ).
·         Di letakkannya timbangan amalan, dalil-dalilnya, dalam Al qur'an : Al Anbiya': 47. Al 'Araf: 8-9. Dalam hadits Rasulullah SAW:
كلمتان خفيفتان في اللسان ثقيلتان في الميزان  حبيبتان إلى الرحمان
"Ada dua kalimat yang ringan di ucapkan tapi berat dalam timbangan dan di cintai oleh Ar Rahman ". Penyebutan kata "mizan" dengan bentuk jama' "mawazin" bukan menunjukkan bahwa timbangan itu banyak, tapi menunjukkan kepada yang di timbang, sebagaimana yang terdapat dalam surat; Al 'Araf : 8
فمن ثقلت موازينه 
" Adapun orang yang berat timbangan amal kebaikannya maka mereka itulah orang-orang yang beruntung ".
Apakah yang di timbang itu lembaran-lembaran amal atau amal saja atau orangnya?.
·         Sebagian ulama mengatakan; bahwa ada sebagian manusia yang di timbang amalannya saja, ada yang lembaran-lembaran amalnya, dan ada yang di timbang orangnya.
·         Sebagian lain mengatakan; yang di maksud dengan amalnya yang di timabang adalah amalan yang terdapat dalam lembaran-lembaran, dan memang ada sebagian yang di timbang adalah orangnya..
·         Pemaparan lembaran-lembaran
  Dalilnya firman Allah AWT :
"Dan tiap-tiap manusia itu telah Kami tetapkan amal perbuatanny(sebagaimana tetapnya kalung) pada lehernya. Dan Kami keluarkan baginyaada hari kiamat sebuah kitab yang dijumpainya terbuka.Bacalah kitabmu, cukuplah dirimu sendiri pada waktu ini sebagai penghisab terhadapmu ( Al Isra' : 13-14 )".
·         Pengambilan catatan amalan.

            Di antara manusia ada yang mengambil dengan kanannya, dan sebagian ada yang mengambil dengan kirinya, adapun orang yang mengambil dari belakang punggungnya termasuk dalam golongan kiri hanya saja berbeda shfat.

Penghisaban seluruh amalan.
      Dalilnya:
  1. Al Insyiqaq : 7-8, 10-12,
  2. Dalam sunnah,
  3. Ijma',
  4. Dan akal, karena kita di bebani perintah dan larangan, ini sudah jelas akan di hisab.

Begitu juga jin, karena mereka juga mukallaf, oleh karena itu jin yang kafir akan masuk kedalam beraka, Al 'A'raf : 38. dan di antara mereka juga akan masuk surga yaitu yang beriman kepada Allah SWT. Ar Rahman : 46-56, ini pendapat jumhur.
     
Adapun binatang tidak di hisab, karena tidak mukallaf tapi binatang di qishash sebagaimana hadits Rasulullah SAW:
أنه يقضى للشاة الجلحاء من الشاة القرناء
" Sesungguhnya kambing yang bertanduk akan di qishash oleh kambing yang tidak bertanduk " ( HR, Muslim ).
    
Bentuk hisab ada dua macam :
  1. Hisabnya orang mu'min, maka Allah akan menghisabnya dengan hisab yang ringan, sebagaimana yang di firmankan oleh Allah SWT dalam surat : Al insyiqaq:8-9 dan hisab ini di sebut al 'ardz ( pemaparan ). Tapi ada di antara orang mu'min yang di hisab dengan hisab al munaqasyah, hisab seperti ini sebagai tanda kecelakaan, sebagaimana yang di sebutkan oleh Rasulullah SAW :
ليس أحد يحاسب يوم القيامة إلا هلك
" Tidak ada seorangpun yang di hisab pada hari kiamat melainkan dia akan celaka ".
  1. Hisabnya orang kafir, mereka tidak di hisab dengan bentuk di timbang, karena mereka tidak punya kebaikan, tapi bentuk hisabnya dengan menghitung amalan mereka kemudian mereka di beri balasan ( adzab ), sebagaimana yang di sebutkan oleh Allah SWT dalam surat : Fushshilat: 5, dan Al Mulk: 11.

  • Haudl ( telaga ).
Haudl adalah tempat perkumpulan air. Dan hal ini ada beberapa pembahasan.
    1. Keberadaan haudl ini sekarang sudah ada, sebagaimana yang di katakan oleh Rasulullah SAW ketika beliau berkhutbah pada suatu hari, dihadapan para sahabatnya.
وإني والله لأنظر إلى حوضي الأن
" Demi Allah sengguh aku sekarang telah melihat haudlku" ( HR, Bukhari dan Muslim ).
ومنبري على حوضي
 " Dan mimbarku di atas haudlku " Ini memungkinkan bahwa haudl ( telaga ) Rasulullah SAW ada di sini, tapi lita tidak bisa melihatnya, karena itu adalah perkara yang gha'ib, dan juga akan di letakkan sebuah minbar di atas haudl Rasulullah SAW.
    1. Bahwa air telaga tersebut adalah pancuran dari al kautsar ( sungai yang besar yang di berikan kepada Rasulullah SAW di dalam surga ), yang mana pancuran itu mengalir kedalam telaga tersebut.
    2. Haudl ( telaga ) ini akan di lewati sebelum melewati sirath, karena manusia pada sa'at itu sengat membutuhkan ( menghajatkan ) ke air telaga tersebut.
    3. Haudl ini akan di datangi oleh orang-orang beriman, kecuali orang-orang yang sombong yang tidak mau mengikuti syari'at Allah dan Rasul. Maka akan di jauhkan dari haudl tersebut.
    4. Adapun sifat-sifat airnya, " Warnanya lebih putih daripada susu, dan rasanya lebih manis daripada madu, dan baunya lebih harum daripada bau misk ". ( Bukhari dan Muslim ).
    5. Jumlah gelas-gelasnya, disebutkan dalam sebuah hadts, " seperti jumlah bintang-bintang yang ada di langit " dan dalam riwayat yang lain di sebutkan " seperti bintang di langit ", dan lafazh inilah yang lebih mencakup, karena mencakup sifatnya seperti bintang-bintang yang ada di langit, dari segi jumlah dan cahaya serta gemerlapnya.
    6. Pengaruhnya, " Barang siapa yang meminum dari telaga tersebut setegu' saja, maka tidak akan haus selama-lamanya sampai ketika dia melewati sirath dan stslah melewatinya ". Ini adalah hikmah dari Allah SWT, begitu juga orang yang minum dari syari'at Allah SWT di dunia, dia tidak akan rugi selama-lamanya.
    7. Luasnya, " Panjangnya seperti perjalanan satu bulan dan luasnya seperti perjalanan satu bulan pula ". Ini menunjukkan bahwa haudz itu bundar ( memutar ), ukuran luas ini di nisbatkan kepada perjalanan unta yang sudah ma'lum di masa Rasulullah SAW.
    8. Apaka para nabi juga mempunyai haudz ?, di sebutkan dalam sebuah hadits yang di riwayatkan oleh Imam Tirmidzi, sekalipun hadits ini masih di perselisihkan, " Bahwa tiap-tiap nabi punya telaga ", dan ini bisa di perkuat dengan satu ungkapan; karena Allah SWT, dengan hikmah dan keadilanNya, sebagaimana Allah menjadikan telaga bagi Nabi Muhammad yang bisa di datangi oleh umatnya pada hari kiamat, begitu juga Allah menjadikan telaga bagi setiap nabi sehingga umat-uamt mereka yang beriman bisa memanfaatkannya pada hari kiamat nanti, tapi haudz yang paling besar adalah haudz nabi Muhammad SAW.

  • Shirat, ma'na, tempat, dan cara manusia melewatinya.
           Shirat di letakkan di atas neraka jahannam, yaitu jembatan yang menuju ke surga.
          Ulama berbeda pendapat dalam  masalah ciri-ciri shirat :
1.      Shirat adalah jalan yang luas, yang man manusia akan malewatinya sesuai dengan amalan mereka masing-masing, dan inilah arti shirat secara bahasa, dalam hadits Rasulullah juga beliau bersabda : " Shirat itu licin " dan jalan yang licin hanya terjadi di tempat yang luas,bukan di tempat yang sempit.
2.      Shirat adlah jalan yang halus, sebagaiman di sebutkan dalam sebuah hadits yang bersumber dari Abu Sa'id yang diriwatkan oleh Imam Muslim:
أنه أد ق من الشعر وأحد من السيف
" Shirat itu lebih halus daripada rambut dan lebih tajam daripada pedang". Kalimat " lebih tajam daripada pedang " dari sini timbul pertanyaan, bagaimana mungkin cara melewati jalan sehalus ini? Maka kita jawab bahwa perkara akhirat tidak boleh di qiyaskan dengan perkara dunia, karena Allah Maha Kuasa atas segala sesuatu, kita tidak mengetahui caranya, apakah semua manusia lewat secara bersamaan atau sendiri-sendiri.
   
Cara melewati shirat sesuai dengan amalan masing-masing, barang siapa di dunia cepat dalam menerima syari'at Allah dan mengamalkannya, maka dia akan dalam melewati shirat, dan sebaliknya orang yang lambat dalam menerima syari'atNya yang di bawa oleh RasulNya, maka dia akan lambat dalam melewati shirat, oleh karena itu orang yang beriman berbeda-beda dalam melewati shirat; ada yang melewatinya secepat pandangan mata, ada yang secepat kilat, secepat angin, ada yang secepat kuda tunggangan yang berjalan cepat, ada yang secepat orang yang berjalan cepat, ada yang secepat orang yang berjalan, dan ada yang merangka'.

       Ketika orang-orang yang beriman melewati shirat tersebut, ada yang di gait dengan gaitan-gaitan yang terbuat dari besi, sehingga dia terjatuh ke dalam neraka, maka barang siapa yang selamat dari gaitan-gaitan tersebut dan selamat dalam melewati shirat maka dia akan masuk surga.

  • Qantharah ( jembatan ) yang terletak antara surga dan neraka.
           Qantharah adalah jembatan yang kecil, pada aslinya kalimat " jisru ) berma'na: jembatan yang di gunakan sebagai tempat lewat, yang berada di atas sungai.
       Ulama berbeda pendapat, apakah jembatan ini ujung dari shirat atau jembatan yang berdiri sendiri ? jawaban yang benar hanya Allah yang tahu.

       Di sinilah orang-orang yang beriman sebelum mereka masuk ke dalam surga, akan di qishash, qishash di sini tidak sama dengan qishash yang ada di padang mahsyar karena ini lebih khusus, dan tujuan qishash di sini adalah, untuk menghilangkan dengki dan kebencian dalam hati mereka, sehingga hati mereka menjadi bersih dan suci.

  • Orang yang pertama kali mengetuk pintu surga dan memasukinya adalah Rasulullah, sebagaimana sabda beliau :
أنا أول شفيع في الجنة
" Sayalah orang yang pertama kali yang akan memberi syafa'at di jannah " dalam

lafazh yang di sebutkan :
أنا أول من يقرع باب الجنة
" Sayalah yang pertama kali yang akan mengetuk pintu jannak " dan juga dalam

lafazh yang lain Rasulullah bersabda :
آتي يوم باب الجنة يوم القيامة فأستفتح، فيقول الخازن: من أنت ؟ فأقول: محمد، فيقول: بك أمرت لأ فتح لأحد من قبلك
" Pada hari kiamat aku akan mendatangi pintu surga, kemudian pendaga surga bertanya, siapa kamu ? aku menjawab: Muhammad, kemudian dia berkata: aku di perintah supaya tidak membuka pintu surga bagi siapapun sebelum kamu memasukinya ". Dan umat yang pertam kali masuk surga adalah umat Rasulullah SAW, yaitu setelah masuknya para nabi, sebagaimana sabda Rasulullah SAW :
عن أبي هريرة z قال : قال رسول الله n : نحن الأخرون الأولون يوم القيامة ، ونخن أول من يدخل الجنة  ( مسلم )
"Dari Abu hurairah ia berkata : Rasulullah SAW bersabda : Kami adalah yang terkhir dan yang pertama pada hari kiamat, dan kamilah yang pertama kali akan memasuki surga"  ( HR, Muslim ).
نحن الأ خرون السابقون يوم القيامة  ( البخاري ومسلم )
" Kami yang terakhir dan yang pertama pada hari kiamat ( memasuki surga )". ( HR, Bukhari dan Muslim ).




  • Syafa'at
Ma’na Syafa’at
Bahasa: adalah perantara atau yang sudah terkenal perminta'an do'a untuk orang lain.
Istilah: adalah perantara untuk memberikan manfa'at atau menghilangkan madlarat bagi orang lain.
     Pembagian syafa'at :
1.      Syafa'at Al uzhma.
2.      Syafa'at bagi penduduk surga untuk masuk kedalam surga, setelah selesai di hisab.
3.      Syaf'at Rasulullah SAW kepada pamannya Abu Thalib supaya di ringankan adzabnya.
            Ketiga syafa'at ini khusus bagi Rasulullah SAW.
4.      Syafa'at bagi sebgian ahli ma'siat, yang akan di masukkan keneraka, supaya tidak di masukkan keneraka.
5.      Syafa'at bagi ahli ma'siat yang telah masuk neraka supaya di keluarkan dari neraka, dan di masukkan ke surga.
6.      Syafa'ta yang di berikan kepada ahli surga, supaya di tinggikan derajat antara yang satu dengan yang lain.
7.      Syafa'at bagi prang yang kejelekan dan kebaikannya sama, supaya di masukkan ke surga, mereka ini adalah ahlul a'raf.
8.      Syafa'at yang di berikan kepada sebagian orang-orang yang beriman, supaya di masukkan ke surga tanpa hisab dan adzab, sebagaimana syafa'at yang di berikan kepada Ukasyah bin Mihshan, dimana Rasulullah mendo'akannya supaya termasuk salah satu dari 7o golongan yang masuk surga tanpa hisab dan adzab. 
Syafa'at dari nomor 4-8 ini umum bagi Rasulullah, para nabi, orang-orang shiddiq, dan para syuhada'.

Golongan Mu'tazilah mengingkari adanya syafa'at bagi pelaku dosa besar yang sudah behak masuk neraka supaya tidak di masukkan kedalam neraka, mereka berhujjah dengan firman Allah SWT ( فما تنفعهم شفاعة الشافعين ) "Maaka tidak bermanfa'at bagi mereka syafa'at orang –orang  yang memberi syafa'at" Jawaban terhadap syubhat mereka adalah, sesungguhnya ayat ini di tujukan bagi orang-orang kafir, adapun orang-orang yang beriman maka mereka akan mendapatkan syafa'at sesuai dengan syarat-syarat yang telah di tetapkan oleh Allah SWT.

Dalam masalah syafa'at ini manusia terbagi kepada tiga golongan :
1.      Golongan yang guluw, yaitu orang-orang Nashrani, Musyrik, dan para penyembah kuburan, di mana mereka meminta syafa'at dari orang yang mereka anggap punya kemulyaan.
2.      Golongan yang guluw dalam menafikan, Yaitu Mu'tazilah, Khawarij, mereka mengingkari syafa'at Rasulullah SAW.dan yang lainnya bagi pelaku dosa besar.
3.      Ahlussunnah, mereka menetapkan syafa'at sesuai dengan yang telah di kabarkan oleh Allah SWT.

Di keluarkannya sebagian ahli ma'siat dari neraka dengan rahmat Allah SWT, tanpa syafa'at.

Setelah para nabi, Malaikat, dan orang-orang yang shaleh memberikan
syafa'atnya, sehingga tidak tersisa melainkan rahmat Allah, pada sa'at itulah Allah mengeluarkan sebagian ahli ma'siat dari neraka  yang masih mempunyai keimanan dalam hatinya seklipun seberat biji dzarrah, sehingga tidak tersisa dalam neraka melainkan penduduk neraka yang akan kekal di dalamnya untuk selama-lamanya.

Sebagaimana yang di riwayatkan oleh Muslim dan Bukhari dari hadits Abi Sa'id Al-Khudri, dari nabi SAW:
( أن الله تعالى يقول : شفعت الملا ئكة و شفع النبيون وشفع المؤ منون ولم يبف إلا أرحم الراحمين فيقبض قبضة من النار فيخرج منها أقواما لم يعملوا خيرا قط  قد عاد وا حمما

"Sesungguhnya Allah SWT berfirman: Malaikat, para nabi, dan orang-orang shaleh telah memberikan syafa'at, dan tidak ada yang tersisa kecuali Arhamur Rahimin, kemudian Allah mengambil segempal api neraka, kemdian Dia mengeluarkan darinya beberapa kelompok manusia, yang belum pernah beramal amalan kebaikan  sedikitpun, dan mereka telah menjadi debu.

  • Adanya tempat kosong di dalam surga setelah orang-orang dari penduduk dari dunis memasukinya.

Luas surga adalah seluas langit dan bumi, dari saking luasnya surga sekalipun ahli surga sudah masuk semuanya, masih ada tempat yang kosong, sehingga Allah SWT menciptakan manusia lagi dan di masukkan ke dalam surga dengan rahmat Allah bukan dengan syafa'at.

Adapun rincian kejadian yang terjadi di akhirat adalah, hisab, tsawab ( balasan kebaikan ), setiap satu kebaikan akan di lipat gandakan menjadi sepuluh kali lipat, sampai tuju ratus kali lipat dan penambahan yang sangat banyak. Kemudian al iqab ( balasan perbuatan kejelekan ) setiap satu kejelekan akan di balas dengan balasan yang setimpal dan tidak ada kedlaliman sedikitpun. Kemudian al jannah ( sebuah tempat yang di sediakan oleh Allah bagi kekasihNya ) di dalamnya mereka mendapatkan semua yang mereka inginkan sesuai dengan selera mereka masing-masing, dan jannah sekarang sudah ada. Kemudian annar ( sebuah tempat yang di sediakan oleh Allah SWT bagi musuh-musuhNya ) di dalamnya mereka mendapatkan adzab yang sangat pedih, dan neraka sekarang sudah ada.

Penduduk neraka kekal di dalamnya hal ini di sebutkan oleh Allah dalam tiga ayat al qur'an: QS; Al Ahzab : 64-65. QS; Akhir surat An Nisa'. QS; Dalam surat Aljin.
    
Rincian rangkaian peristiwa ini, di sebutkan dalam kitab-kitab samawi ( Zabur, Injil, Taurat, dan Al qur'an ), dan di sebutkan pula dari atsar ilmu yang di wariskan oleh para nabi, ilmu ma'tsur ini terbagi kepada dua bagian:
  1. Yang di tetapkan dalam al qur'an dan sunnahyang shahih, hal yang seperti wajib di yakini dan di percayai.
  2. Yang datang dengan bentuk nakl yang di dalamnya terdapat perubahan, kebohongan, dan pemalsuan.

            Oleh karena itu kita harus hati-hati ketika mendapatkan berita tentang para nabi yang di nukil dari seseorang.
Sebagaimana Rasulullah bersabda:
إذا حد ثكم أهل الكتاب فلا تصدكوهم ولا تكذ بوهم، قولوا آمنا بماأنزل إلينا وما أنزل إليكم ( أخرجه البخاري )
" Jika Ahlu kitab bercerita kepad kalian, maka janganlah kalian membenarkan dan mendustakan mereka, tapi katakanlah : kami beriman kepada apa yang di turunkan kepada kami dan apa yang di turunkan kepada kalian " ( HR; Bukhari ).

Para ulama membagi atsar orang-orang terdahulu kepada tiga bagian:
  1. Atsar yang di benarkan ( di saksikan ) kebenarannya oleh syari'at kita.
  2. Atsar yang di dustakan ( di saksikan ) kebohongannya, bentuk yang ke dua ini wajib kita yakini.
  3. Atsar yang belum ada kesaksian dari syari'at kita atas kebenaran dan kedusta'annya, dalam hal ini kita harus tawakkuf.

     Dan di sebutkan pula dalam ilmu yang di wariskan oleh Rasulullah SAW, dalam hal ini tidak perlu di bahas.

Tapi dalam nasehat, keutamaan, tergib dan terhib ini terbagi kepada tiga bagian:
  1. Shahih maqbul, ini jelas di terima.
  2. Maudlu', para ulama sepakat atas ketidakbolehan menyebarkan hadits maudlu', naik yang berhubungan dengan keutamaan, targib, tarhib, ataupun yang lainnya, kecuali dengan maksud ingin menjelaskan kemaudlu'annya kepada manusia.
  3. Dla'if, dalam hal ini ada perbedaan pendapat, adapun ulama yang mengatakan bolehnya menyebarkan dan menyampaikan hadits maudlu', mensyaratkan tiga syarat: Tidak telalu dla'if, pada aslinya amalan yang di sebutkan dalam hadits itu ada dalilnya yang shahih, di yakini bahwa Rasulullah mengatkan hadits tersebut tapi beliau ragu-ragu.


Beriman kepada Qadla' dan Qadar

Qadar menurut bahasa: Takdir.
Qadla' menurut bahasa: Al-hukmu.
Para ulama mengatakan, kalau di sebutkan dalam satu kalimat, maka ma'nanya berbeda, tapi kalau disebutkan berpisah, maka ma'nanya sama, qadla' artinya takdir dan takdir artinya qadla'.

     Fa'edah beriman kepada qadar:
  1. Termasuk dari kesempurnaan iman, dan iman tidak akan sempurna kecuali beriman kepadanya.
  2. Termasuk kesempurnaan beriman kepada rububiyah Allah SWT.
  3. Akan melahirkan bentuk penyerahan seluruh urusan Kepada Allah di saat menghadapi perkara yang tidak kita inginkan tapi sudah menjadi ketentuan Allah SWT.
  4. Manusia bisa mengetahui kapasitas dirinya, sehingga ketika dia berbuat kebaikan tidak melahirkan kesombongan dalam hatinya.
  5. Membuat seorang hamba menjadi ringan ketika menghadapi mushibah.
  6. Menisbatkan seluruh ni'mat yang ada pada dirinya kepada Allah SWT.
  7. Manusia bisa mengetahui hikmah Allah SWT, sehingga dia bisa mengambil pelajaran dari semua peristiwa yang terjadi.

Tingkatan – Tingkatan Qadar

     Tingkatan Pertama: Mengimani bahwa sesungguhnya Allah SWT, semua perbuatan yang di lakukan oleh seorang hamba, dengan ilmuNya yang Dia di sifati dengannya azalan wa abadan, dan Allah mengetahui semua keadaan mereka baik yang berupa ketaatan ataupun yang berupa kema'siatan, rizki-rizki mereka dan ajal-ajal-mereka. Kemudian  Allah menulis semua ketentuan yang akan di lalaui oleh semua makhluqNya di lauhul mahfuzh, dan yang pertama di ciptakan oleh Allah adalah qalam ( pena ), kemudian Allah berfirman kepadanya: Tulislah! Maka qalam tersebut menjawab apa yang akan saya tulis ? Allah berfirman: Tulislah semua yang akan terjadi sampai hari kiamat. Apa yang menimpa manusia tidak akan meleset sedikitpun, dan apa yang meleset darinya tidak akan menimpanya, tinta qalam sudah kering dan suhuf telah di tutup. Sebagaimana firman Allah dalam surat Al-Haj: 70. dan surat Al-Hadid: 22.

     Semua taqdir ini mengikuti ilmu Allah SWT, yang terjadi di tempat yang sifatnya global dan terperinci, Sebagaimana Allah telah menulisnya di lauhul mahfuzh sesuai degan kehendakNya, dan setelah Allah menciptakan janin sebelum peniupan ruh kedalamnya, Allah mengutus malaikat kepada janin tersebut kemudian memrintahkannya empat perkara: Di aktakan kepadanya: Tulislah rizkinya, ajalnya, amalannya, dan celaka atau bahagianya. Taqdir seperti ini banyak di ingkari oleh golongan Qadariyah yang terlalu berlebih-lebihan pada zaman dulu, dan di ingkari pula oleh sebagian kecil dari kalangan mereka pada masa sekarang.

     Tingkatan yang kedua: Kehendak Allah dan kekuasaanNya yang luas dan menyeluruh. Yaitu mengimani bahwa sesungguhnya apa yang di kehendaki Allah SWT pasti akan terjadi, dan apa yang tidak di inginkanNya tidak akan terjadi, dan tidak ada sesuatu yang ada di langit ataupun yang di bumi baik yang bergerak maupun yang diam, kecuali semuanya di bawah kehendak Allah SWT, dan tidak ada yang terjadi dalam kekuasaanNya melainkan apa yang Ia inginkan, dan sesungguhnya Allah Maha Kuasa atas segala sesuatu, sejak dari sesuatu yang tidak ada sampai sesuatu yang ada, tidak ada satu makhluqpun baik di langit maupun di bumi melainkan Allah penciptanya. Tidak ada khaliq selain Dia dan tidak ada rab selain Dia.

Tidak adanya pertentangan antara Qadar dan Syar'I, dan antara TaqdirNya terhadap kema'sitan dan kebencianNya terhadap kejehatan tersebut

     Oleh karenanya Allah menyuruh hamba-hambaNya untuk ta'at kepadaNya dan kepada para Rasul-rasulNya, dan Dia melarang kema'siatan kepadaNya, dan Allah mencintai orang-orang yang bertaqwa, orang-orang muhsin ( berbuat kebaikan ) dan orang-orang yang muqsith ( yang berbuat adil, dan ridla terhadap orang-orang yang beriman dan beramal shaleh. Sebaliknya Allah benci terhadap orrang-orang yang kafir dan orang-orang yang fasiq, dan Dia tidak menyuruh manusia untuk bebuat kekejian, dan tidak meridlai kekufuran,dan membenci kerusakan.

Penetapan Qadar ( taqdir ) tidak menafikan penisbatan perbuatan kepada semua hambaNya, dan mereka melakukan perbuatan itu adalah pilihan mereka sendiri.
    
     Pada hakekatnya hamblah yang melakukan seluruh perbuatan yang mereka kerjakan, tapi yang menciptakan perbuatan mereka adalah Allah SWT, diantara hambaNya ada yang mu'min dan ada yang kafir, ada yang fajir dan ada yang pelaku kebaikan, dan hamba mempunyai kemampuan atas perbuatan mereka dan apa yang mereka inginkan, tapi yang menciptakan kemampuan dan keinginan mereka adalah Allah, sebagaimana firman Alah dalam surat At-Takwir: 28-29." Dan apa yang kalian inginkan semuanya di bawah kehendak Allah SWT ". Tingkatan ini di ingkari oleh golongan Qadariyah secar umum, mereka ini di katakan oleh Rasulullah dalam sabdanya sebagai Majusi umat ini. Dan ada lagi satu kaum yang terlalu berlebi-lebihan, yang mengatakan bahwa semua perbuatan hamba adalah ikhtiyar mereka sendiri tanpa adanya kehendak dari Allah SWT.

Hakikat Iman dan Hukum pelaku dosa besar

            Dan di anatara ushul ahlussunnah adalah, bahwa din dan iman terdiri dari perkataan dan perbuatan, perkataan hati dan lisan, dan amalan hati dan anggota badan, iman nertambah dengan ketaatan dan menurun ( berkurang ) dengan kema'siatan, oleh karena itu ahlussunnah tidak mengkafirkan ahlul qiblah dengan kemuthlakan ma'siat dan dosa-dosa besar, tidak sebagaimana yang di lakukan Khawarij yang mengkafirkan pelaku dosa besar. Bahkan menurut ahlussunnah ukhuwah imaniyah itu masi tetap ada sekalipun dia melakukan kema'siatan, sebagimana firman Allah SWT dalam surat Al-Hujurat: 9-10.Dan ahlussunnah tidak menafikan dari orang yang fasiq islam secara keseluruhan, dan tidak mengatakan bahwa dia kekal di dalam neraka, tapi mereka memasukkan kefasikan itu kedalam ruang lingkup keimanan secara muthlaq, tapi ahlussunnah memasukkannya sebagai mu'min yang iman nya berkurang, selama orang yang melakukan kefasikan itu meyakini keharaman perbuatan dosa tersebut. Oleh karena itu orang fasiq di katakan mu'min dengan keimanannya dan fasiq dengan perbuatan dosa yang ia kerjakan.


KEUTAMAAN SAHABAT RASULULLAH

Telah berkata syaikhul islam ibnu Taimiyah : termasuk prinsip dari ahlu sunnah wal jama'ah, adalah menjaga hati dan lisan dari I'tiqad dan tutur kata yang tidak layak terhadap sahabat Rasulullah, sebagaimana yang disifatkan oleh Allah dalam firmannya:
šúïÏ%©!$#ur râä!%y` .`ÏB öNÏdÏ÷èt/ šcqä9qà)tƒ $uZ­/u öÏÿøî$# $oYs9 $oYÏRºuq÷z\}ur šúïÏ%©!$# $tRqà)t7y Ç`»yJƒM}$$Î/ Ÿwur ö@yèøgrB Îû $uZÎ/qè=è% yxÏî tûïÏ%©#Ïj9 (#qãZtB#uä !$oY­/u y7¨RÎ) Ô$râäu îLìÏm§ ÇÊÉÈ الحشر :10
Doa ini timbul dari orang-orang yang mengikuti muhajirin dan anshar dengan kebaikan, yang menunjukkan atas kesempurnaan cinta mereka kepada para sahabat dan sanjungan mereka terhadapnya, karena sesungguhnya orang yang berusaha untuk mewujudkan perkara ini dari berbagai perkara yang ada, maka ia telah berusaha mewujudkan iman dan ia bersungguh–sungguh untuk meminta dengan merendahkan diri kepada rabb-Nya, untuk disempurnakan bagi mereka. Sedangkan yang lebih utama dan yang pertama masuk dalam doa ini adalah para sahabat, yang lebih dahulu beriman, dan mereka telah mewujudkan keimanan itu, dan mereka mendapatkan keterangan-keterangan dan jalan-jalannya yang tidak didapatkan oleh selainnya (sahabat).

Dan menafikan kedengkian dari semua segi, ini menunjukkan tentang kesempurnaan cinta mereka kepada sahabat dan orang yang belakangan mencintai mereka karena keutamaan para sahabat dan karena mereka lebih dahulu beriman, dan mendapat kehormatan menemani Rasulullah, juga karena mereka telah berbuat baik  kepada seluruh umat dan karena merekalah yang menyampaikan semua yang dibawa oleh Nabi. Apa saja yang sampai kepada kaum muslimin, apakah ilmu atau kebaikan, itu hanya dengan perantaraan mereka.

Dan hal tersebut adalah sebagai keta'atan kepada nabi sebagaimana sabdanya :
Janganlah kalian mencaci maki sahabatku , demi dzat yang jiwaku berada di tanganya, jika seorang dari kalian infaq sebesar gunung uhud berupa emas, maka belum mencapai satu mud seorang dari mereka dan juga tidak  separuhnya. (Bukhari no vii/21.)

Wajib atas umat untuk ta'at kepada nabinya dalam setiap perkara, khususnya dalam masalah ini (memuliakan sahabat dan tidak mencaci mereka), dan hendaklah mereka menghormati serta memuliakannya, dan ahlu sunnah meyakini bahwa amal yang sedikit dari mereka itu mengalahkan amal yang banyak dari selainnya, sebagaimana dalam hadits di atas. Dan ini bukti besar atas keutamaan para sahabat dari selainnya.

Kemudian mushannif berkata: dan mereka (ahlu sunnah) mendahulukan muhajirin dari pada anshar, karena muhajirin mengumpulkan dua sifat, yaitu menolong rasulullah dan hijrah bersamanya, karena itu khulafa'ur rasyidin, mereka adalah orang-orang muhajirin dan sepuluh orang yang dijamin masuk syurga adalah dari kaum muhajirin. Allah pun mendahulukan kaum muhajirin dari pada anshar, sebagaimana dalam surat at-Taubah ayat 100 dan 117 dan al-Hasyr ayat 8-9. Dan keutamaan ini di anugrahkan secara global kepada muhajirin atas anshar, tidak kepada setiap individu dari mereka atas yang lainnya.

Dan ahlu sunnah meyakini tantang orang–orang yang masuk surga, sebagaimana yang disaksikan Rasulullah seperti sepuluh orang yang di jamin masuk surga, Tsabit bin Qais syammasyi,  dan selain mereka dari para sahabat.

Dan ini merupakan sebesar-besar keutamaan, karena nabi mengkhususkan kepada mereka persaksiannya dengan syurga. Dan ini termasuk bukti dari sejumlah risalah beliau karena sesungguhnya setiap orang yang telah di tentukan dan di jamin nabi masuk surga dengan ketentuan-ketentuannya, maka mereka akan tetap istiqamah diatas iman, sehingga mereka mencapai apa yang telah dijanjikan kepadanya, mudah-mudahan Allah meridhai mereka semua.

Ahlu sunnah menerima dan menetapkan apa yang diriwayatkan secara mutawatir dari amirul mukminin Ali bin Abi Thalib (Bukhari no: 3671), dan yang lainnya, bahwa sebaik-baik orang dari umat ini, sesudah nabinya adalah Abu Bakar, Umar, Utsman nomar tiga, dan Ali nomor empat, mudah-mudahan Allah meridhai mereka semua , sebagaimana yang ditunjukkan oleh atsar, dan ijma' sahabat yang mendahulukan Utsman dalam baiat.

Khilafah salah seorang dari keduanya (Utsman dan Ali) tidak akan terjadi melainkan setelah musyawarah seluruh kaum muslimin, menurut perbedaan tingkatan mereka dan kisah ini masyhur dalam kitab-kitab tarikh.

Meskipun sebagian ahlu sunnah berbeda pendapat tentang Utsman dan Ali, setelah mereka sepakat mendahulukan Abu Bakar dan Umar, kemudian siapa lagi yang lebih afdhal? Sebagian mendahulukan Utsman, kemudian diam dan sebagian yang lain mendshulukan Ali, kemudian bersikap diam. Akhirnya ahlu sunnah sepakat untik mendahulukan Utsman, kemudian Ali, meskipun masalah ini, yaitu tentang Utsman dan Ali bukan masalah yang prinsip yang mengakibatkan orang yang menyalahinya sesat mayoritas ahlu sunnah, namun masalah yang mengakibatkan orang yang menyalahinya sesat adalah masalah khilafah.

Dan hal itu di karenakan mereka (ahlu sunnah) mengimani bahwa khilafah setelah Rasululah adalah Abu Bakar, Umar, Utsman, kemudian Ali.  Barang siapa yang mencela atau tidak membenarkan tentang kekhilafahan salah seorang dari mereka, maka dia telah sesat dari pada keledai piaraanya.



Khilaf yang terjadi pada umat ini ada dua macam, yaitu:
1.      Khilafah dalam masalah furu' dan ijtihadiyah, yang apabila seorang hakim berijtihad dalam masalah ini, kemudian ia benar dalam ijtihadnya, maka ia mendapat dua ganjaran , dan apabila salah mendapat satu ganjaran.
2.      Khilaf dalam masalah ushul, seperti masalah sifat Allah, Qadar, Iman dan selainnya, maka kelompok yang menyalahi dinyatakan sesat, sebagaimana di tunjukkan dalam al-Qur'an dan as-Sunnah dan apa yang telah dipahami oleh salafus shalih dari kalangan sahabat, tabi'in dan yang mengikuti mereka dalam kebaikan.

Adapun maslah khilafah dan mendahulukan ali atas utsman, dalam masalah itu, maka di anggap termasuk bid'ah dan orngyang menyalahinya secara umum, maka ia masuk kedalam mutasyasyi' (condong kepada syiah) dan ia telah menghimakan orang-orangmuhajirin dan ansghar, sebagaiman ayng dikatakan oleh sebagian salafus shalih.Adapun mengutamakan diantar keduanya , inimaslah yang ringan dari jenis masalah khilaf dalam hal yang sifatnya ijtihadiyah

Mereka ahlu sunnah meekamencintai ahlu bait rasulullah , setia kepaeda mereka serta menjaga wasiat nabi tentang mereka, diman rasulullah bersabda pada hari ghadirhum (ketika pulang dari haji wada') beloiau bersabdfa, aku peringatkan kalian kepada Alalh tentang keluargakau, , dan ia berkata kepada abbas, diman abbas mengadu (mengeluh) kepada nabi, bahwa sebagian dair orang quraisy, membenci banui hasyim , maka beliau bersabda,: Demi dzat yang diriku ada di tangannya,mereka itu tidak beriman sehingga mereka mencintai kalian karena Allah dan karena  mereka  itu sanak saudaraku.

Sedangkan mencintai ahlu bait rasulullah itu wajib, dilihat dari beberapa segi, Yaitu,
  1. karena keislaman, keutamaan dan meeka lebih dahulu beriman (masuk islam)
  2. karena keistimewaan meeka, yaiutu dekatnay hubungan meereka dengan nabi dan bersambungnya nasab mereka.
  3. karena nab\i menganjurkan untuk mencintai mereka
  4. karena mencintai mereka termasuk cinta kepada rasulullah

Ahlu sunnah berklepas diri dari sikap dan car orang0-orang rafidhah , diman mereka membenci para sahabat, dan mencaci mereka dan ahlu sunnah juga berlepas diri dari sikap dan cara orang0orang nawashib, yang mereka meyakini bahwa ahlu bait dengan perkatann dfan perbuatan .mereka.

Dan orang yang pertama menamakan rafidhah adalah zaid bin ali, yang keluar pada awal-awal khilafah daulah bani abbasiah. Dia banyak di baiat oleh orang-orng syiah , ketika diskusi dengan zaid, tentangabubakar dan umar, mereka meminta kepada beliau agar berlepas diri dari keduanya, tetapi ia tidak mau. Mereka berlepas diri  dan keluar darinya atau tidak mau berbaiat kepada zaid, maka zaid berkata: kalain menolak aku? Maka sejak saat itu di katakan rafidhah.

Rafidhah ini mempunyai banyak sekte, diantara mereka ada yang ekstrem, ada pula yang tidak ,dan firqah-firqah mereka itu terkaenal. Adapun nashibah, mereka adalah orang-oran gyang menegakkan permusuhan, (gangguan) kepada ahlu bait, dimana mereka itu dahulu mempunyai eksistensi didalam generasi pertama umat ini karena beberapa sebab berkaitan dengan perkara politik , tetapi sudah sejak lama tidak mempunyai eksistensi lagi dalam umat ini. Alhamdulilah

Ahlu sunnah bersikap menahan diri dari perselisihan yang terjadi diantara para sahabat, dan mereka berkata:ssesungguhnya riwayat-riwayat tentang hal kejelekan yang terjadi diantara mereka ada yang dusta (bohong ), ada yang di tambah ada yang di kurangi , serta ada juga yng idselewengkan dari yang sebenarnya. Sedangkan dalam rieayat yang shahih, mereka adalah dimaafkan, karena mereka adalah orang-orang yang berijithad yang bisa benar dan bisa pula salah .

Meskipun demikian ahlu sunnah tidak mempunyai keyakinan bahwa setiap individu sahabat itu ma'shum dari dosa-dosa besar atau dosa-dosa kecilo, atau bahkan bisa saja mereka itu mempunyai dosa-dosa, akan tetapi merekaitu punya kelaebihan ,yaitu lebih dahulu beriman dan mempunyai keutaamaan yang dapat menghapuskan dosa-dosa yan timbul dari mereka, kalau hal tersebut ada, sehingga mereka di beri ampunan atas kesalahan-kesalah mereka, yang tidak diberikan kepada orang-orang sesudahnya mempunyi kebaikan-kebaikan yang dapat menghapuskan kesalahan-kesalahan yang tidak dimiliki oleh orang-orang sesudahnya.

Dan telah tetapa dari sabda nabi bahwa sanya meeka adalah sebaik-baik generasi , bahwa satu mud, (ukuran dua telapak tangan) ,yang diinfakkan oleh salah seorang dari mereka, adalah lebih utama dari pada emas sebesar gunung uhud , yang diinfakkan oleh orang-orang sesudah mereka. (bukhari muslim)

Perkara-perkara ini, jika dibandingkan dengan kesalahan mereka ,maka kesalahan-kesalahan itu akan hapus dengan krebaikan yang sekian banyak, dan tidak sda seorangpun yang dapat menyamai mereka.

Kemudian jika timbil suatu perbuatan dosa dari slah seorang diantara mereka ,maka bisa jadi mereka itu sudah bertaubat atau berbuat sejumlah kebaikan yang dapat menghapuskan dosa  (kesalahan itu), atau diampuni kesalahannya sebab mereka lebih dahulu dalam segala hal, atau diampuni karena syafa’at nabi yang mereka adalah orang yang paling berhak untuk mendapatkannya, atau mereka diuji di dunia ini yang dapat menghapuskan kesalahan-kesalahan meekaitu. Apabila demikian yang berlaku pada dosa-dosa yang benar terjadi, maka bagiman dalan  perkara-perkara yang mereka ijtihadkan? Padahal kalau mereka benar, memperoleh dunia ganjaran, tapi kalau mereka salah, mereka memperoleh satu pahala, sementara kesalahnnya itu juga terampuni.

Sesungguhnya jumlah (ukuran) yang diingkari dari perbuatan sebagian mereka (yang tidaka menyenangkan) sangat sedikit sekali, lagi pula dapat diampuni, jika dibandingkan keutamaan dan kebaikan-kebaikan mereka , yaitu iman kepada Allah dan rasul-Nya, jihad, hijrah dijalan Allah, membntu rasulullah mempelajari ilmu yang bermanfaat dan beramal shalih.

Siapapun yang memperhatikan  sirah atau peri kehiupan rapa sahabat ,serat leistimewaan-keistamewaan yang dikaruniakan Allah kepoaada mereka, dengan ilmu dan keyakinan yang benar, maka ia akan mengetahui dengan yakin , bahwa mereka (sahabat) adalah sebaik-baik manusia sesudah p-ara nabi , yang tidak pernah ada sebelumnya serta tidak akan ada lagi yang seperti mereka. Mereka adalah orang-orang pilihan dari generasi umat ini , mereka adalah sebaik- baik ummat yang di muliaakan ioleh Allah .

Dan ini adalah perkataan yang berharga sekali , sebesar-besar penjelasan , kalimat yang bagus yang tidak perlu lagi di tambah , yaitu unutk menegakkan bukti-bukti tentang kemuliaan sahabat.Allah ridha kepada mereka dan tidak butuh lagiu syarah ataupun penjelasan

KAROMAH PARA WALI

Termasuk puk pula diantara prinsip ahlu sunnah wal jammaah adalah membenarkan karomah para wali dan apa yang Allah karuniakan atas tangan mereka dari keluar biasaan dengan macam-macam ilmu dan mukasyafah(mengetahu8i sesuatu yang diberriakn Allah ayang tidak diberikan kepad aygn lainnya) juga berbagai bentuk kekuatan dan kehebatan , yang ma'tsur dari ummat terdahulu seperti dalam surat al kahfi dan surat-sura tyang lainnay.dan berita-beriata mengenai para pemuka dari ummat ini , yaitu para sahabat dfan tabi'in dan generasi berikutnya dari umat islam. Karomah itu akan tetap ada dalam umat ini hingg hari kiamat

Telah mutawatir nash-nash dari al Qur’an dan as-sunnah serta kejadian-kejadian nyata dari dahulu hinggan sekaang tentang terdapatnya karomah Allah yang dikaruniakan Allah pada paa walinyua yang mengikituti nabinya.

Adapun karomah itu pada hakikatnya memberi faedah tiga hal, yaitu :

1.      Yang paling besar, menunjukkan tentang kesempurnaan Allah dan kehendaknya, sebagaiman Allah mempun yai sunnah-sunnah dan sebab-sebab ayng menentuka musababnya yang dilatakkanyan secara syariat dan qadar.

Dan sesungguhya Allah mempunyai sunnah–sunnah yang lainnya, yang tidak diketahui oleh manusia serta tidak dapat dicapai oleh ammal dan usaha mereka. Mu'jizat para nabi dan karomah para wali , bahkan siksaan dan hkumannya terhadap musuh-musuhnya yang menyalahi kebuiasaan ini, menunjukkan secara jelas bahwa semua urusan, taqdir dan aturan alam semesta adalah milik Allah, dan bahwa sanay Allah itu mempunyai sunnah-sunnah yang tidak di ketahui oleh manusia dan malaikat, diantar nay adlah kisah ashabul kahfi  dan tidurnya mereka dalam waktu yang panjang, yang Allah atur dengn sebab-sebab yang berbagai macam untuk menjaga agama dan badan mereka , sebagaimana Allah sebutkan dalam kisah mereka

2.      Bahywa terjadinya karomah untuk para wali ini pada hakikatnya adalah mu'jixat unutk para nabi, karena karomah-karomah itu tidaka akan di peroleh meeka , melainkan dengan sebab barakah mengikuti nabi mereka , yang telah mendapatkan kebaikan yang banyak diantanya adalah karomah ini.

3.      Bahwea karomah yang di[eroleh para wali adalah kabar gembira yang di segerakan oleh Allah dalam kehidupan dunia , sebagaiman firmannya:Bagi mereka itu kabar gembira dalam kehidupan dunia,(sebagaimana firman Allah dalam surat yunus ayat 62-64), dan menurut pendapat sebagian ahli tafsir, yaitu setiapa se4suatau yang menunjukkan kepada kewalian mereka akibat  yang baik bagi mereka , dan diantara nya adalah karomah.

Ahlu sunnah waljamaah mengakui tentang karomah Allah yang dikaruniakan kepada para walinya secara global dan rinci, sebagaiman yang diriwayatkan dari nabi yang ma'shum, dan yang sudah terjadi. Alan tetapi ada sebagian manusia yang memasukkan kedalam karomah ini hal-hk yang banyak sekali, yang  mereka buat-buat dan ada-adkan unutk menipu orang-orng awam dan orang-orng bodoh daro umat ini. Dan mereka membuat keraguan bahwa perbuatan itu adalah karomah, padahal itu dalah khurafat dan kebohogan.

Dan ahlu sunnah adlah orang-oranf yang paling jauh unutk mempercayai khurafat dan kedustaan yang di buat-buat. Merka adalah orang –orng yang paling mengetahuii cara-cara membongkar kedustaan orang-orang yang berdusta maupun yang mengasda-ada
           
CIRI-CIRI AHLU SUNNAH WAL JAMA’AH

            Diantara  jalan atau manhaj ahlu sunnah wwaljamaah adalah mereka  ittiba' atsar rasulullah secara lahir dan batin, mengikuti jalan orang-oerng yng terdahulu dai generasi pertama muhajirin dan anshar, serta mengikuti wsiat rasulullah, sebagaimana sabdanya : hendaklah kalian mengikuti dunnahku dan sunnah khalifahku yang terpimpin dan lurus, peganglah erat-erat dan gigitlah dengan gigi getraham kalian, hati-hatilah terhadap setiap perkara yang baru, karena setiapayan gbaru adalah bid'ah, dan setiap bid'ah adalah sesat.

            Mereka meyaklini bahwa sebaik –baik perkataan adalah perkataan Allah dan sebaik-baik petunjuk adalah petunjuk rasulullah ,mereka memuliakan firman Allah diats segala ucapan manusia dari tingkat manapun ,setrta mendahului pertunjuk muhammad diatas tuntunan semua orang ,olehkarena mereka dinamaka ahlul qu'an dan sunnah atau ahlu sunnah wal jamaah.karena jamaahadalah persatuan ,lawannya furqah, meskipun jamaah sudah menjasdi sebutan bagi orang yang bersatu.
            Dan ijm' adalh prinsip ketiga, yang dipegan diatasnya sebagai landasan ilmu dan agamaini, ketiga dasr ini menjadi tolok ukuir semua yang dilakukan oleh manusia ,baik dalam operkataaan dan perbuatan yang lahir maupun yang batin dari apa-apa yang berkaitan dengan agama ini.

            PERMASALAHAN YANG MENCAKUP SEMUANYA

Ahlu sunnha disamping berpegang kepada prinsip prinsip pokok ini, mereka juga menyuruh kerpada yang ma'ruf dan yang munkar, menurut ketentuan syari'at.
Yaitu dengan tangan , lisan, hati sesuai kemampuan dan maslahat , dan mereka menempuh jalan terdekat unutk mencapai tujuan dengan lemah lembut dn kermudfahan , unutk mendekatkan diri kepada Allah dengan tujuan memberi manfaat kepada manusia serta menyampaikan kepad amereka setiap kebaikan dan mencegah mereka dari setai p kejelaekan dengan berusaha menurut kemampuan mereka.

             Mereka berkeyakinan untuk menegakkan ibadah haji ,jihad dan shalat jum'at bersama ulil amri , apakah mereka orang yang bik ataupun orang yang jahat.
             Yngdemikian ini karena tujuan mereka yang utama adalah mendatangkan masklahat dan manfaat , menyempurnakannya dan menghancurkan semua kerusakan dan menguranginya. Dan mereka tidak enggaan unutk menolong ornag yang dzalim unutk melaksanakan kebaikan , eserta menganjurkan kepada dia unutk berbuat kebaikan , baik berupa perkataan atau perbuatan. Mereka membantu penguasa yang dzalim dalam kebaikan dan berpish dengannnya dalam kejelaekan serta mereka berkeinginan keras unutk selalu bersatu dalam kebaikan dan melarang dari perpecahan.

            Dan mereka ahlu sunah wal jamaah menjaga shalat jumat dan jamaah  serta beragama unutk menasehati umat ini . dan mereka meyakini sabda nabi :
Mukmin dengan mukmin yang lainnya itu seperti satu bangunan , yang sebagiannya menguatkan sebagian yang lainnya.(bukhari v/99/muslim iv/1999)

            Begitu juga sabda nabi yang lain,:perumpamaan kaum muslimin dalam cinta mencintai Allah dan kasih sayang mereka seperti satui tubuh , bila satu anggota badannya ada yang sakit, maka seluruh jasad akan merasakannya dengan demam, dan tidak bisa tidur.(bukhari x/438 dan muslim iv/1999)

            Dan ahlu sunnah menyuruh manusia berlaku sabar ketika mendapat meusibah dan bersyukur ketik mendapat kesenangan serta ridha dengan pahitnya qadar. Dan mereka menyeru kepada akhlak yang mulia dan kepada perbuatan perbuatan yang baik.

            Meeka mengan jurkan menyambung silaturarahim kepada orang yang memutuskannya, memberikan kepada orang yang mencegah, memaafkan orang yang menzalimi, memerintahkan unutk bebrakti kepada kedua orang tua, menyambung silaturrahim, berbuat kepada sanak kerabat, anak-anak yatim, tetangga fakir miskain, ibnu sabil, serta lemah lembut kepada hamba sahaya.

            Dan mereka melarang unutk bersifat angkuh, sombong, zalim, dan mencemarkan nama baik seseorang dengan benar ataupun tidak benar. mereka memerintahkan untuk berakhlak yang mulia dan melarang dari akhlak yang hina.

             Dan setuiap apa yang mereka ucapkan atau kerjakan dari masalah ini atau yang lainnya, maka sesungguhnyaitu semua mengikutui Al-qur'an dan sunnah  dan jalan merka adalah agama islam, yang diutus dengannya nabi Muhammad. Namun tatkala nabi membeeritakan bahwa umat beliau akan bercerai berai menjadi 73 golngan yang mana semuanya akan masuk neraka kecuali satu yaitu jama’ah.

            Setelah beliau memberitakan hal itu, maka orang yang berpegnag teguh dengan islam yang murni dan bersih dari noda (syirik dan bid'ah) , merekas adalah ahlu sunnah wal jamaah

             Diantara mereka ada orang yang membenarkan (jujur), para syuhada, orang-orang shalih, dan dianatar mereka ada juga pemandu jalan kerbenaran, pelita dalam kegelapan, dan maereka adalah oerang-orang yang mempunyai biogradfi /sejarah hidup yang diikuti jejaknya serta keutamaan–keuatamaan yang selalu diingat dan di kenang, dan diantara mereka ada yang abdal.

            Dan diantara mereka adalah imam-imam yang kaum muslimin sepakat, bahwa mereka daopat membimbing ummat ini dedngan petunjuknya dan mereka itu adalah thaifah manshurah , diman nabi mengatkan tentang mereka dalam sabdanya.

            Maka kita memohon kepada Allah semoga kita di jadikannya termasuk golongan mereka, dan mudah-mudahan Allah tidak menyesatkan hati kita, setelah memberikan petunjuknya kepada kita, karena Dialah yang Maha Pemberi.

            Segala puji bagi rabb sekalian alam, dan mudah mudah mudahan shalawat serta salam dilimpahkan kepada nabi muhammd dan keluarganya.





 Al Bukhori (7311), Muslim (3/1532)
 Muslim (1/131, 148)
 Di keluarkan oleh Imam Bukhori (3456) dan Imam Muslim (2669)
 HR Bukhori dan Muslim dari Anas r.a
 Seluh orang yang dijamin masuk surga adalah abu bakar umar bin khatttab, utsman bin affan ali bin abi thalib, abdurahman bin auf, zubair bin awam, sa'ad bin abi waqqash, sa'id bin zaid, abu ubaidah bin jarrah,thalhah bin ubaidilah
 zsebagaiman yang di riwayatkan bukhari vi/ 456, muslim i/110
 seperti istri –istri rasulullah , bila, ukasyah ,bilal, abdurrahman bin salam, sa'ad bin mu'adz, dll
 .lafadz ini menurut ahlu sunnah wal jamaah sebagai sebutan untuk ahli ibadah dan orang-orang yang shalih, adapun menurut orang-orang sufi dan ahl bid'ah maka mereka itu mempunyi filsafat yang berbeda-besa , ysitu jiks ada orang yang mati di antara mereka ,maka digantiu dengan yang lainnya.